Ditemukan Kasus Kerusakan Ginjal Akut pada Anak yang Terinfeksi COVID-19

Konten Media Partner
13 Maret 2021 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini di New Jersey, Amerika Serikat, ditemukan kasus kerusakan ginjal akut pada anak-anak yang terinfeksi COVID-19. Pada anak-anak yang terpapar COVID-19 dan memiliki riwayat MIS-C atau multisystem inflammatory syndrome in children, potensi kerusakan ginjal ternyata jauh lebih tinggi. Tanda kerusakan ginjal akut ini umumnya baru muncul sebulan setelah terdiagnosis COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Sekitar 20 persen anak-anak yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami kerusakan ginjal akut meski mereka tidak punya riwayat penyakit ginjal. Pada anak-anak yang memiliki riwayat MIS-C, risiko kerusakan ginjal lebih tinggi sekitar 40 persen - 50 persen," kata Dr. Kenneth Lieberman, Kepala Pediatri Nefrologi dan Profesor Pediatri di Hackensack Meridian School of Medicine seperti dikutip dari NJ.com.
Sindrom peradangan ini bisa terjadi karena virus corona mengacaukan kerja sistem imun. Beberapa gejala yang tampak di antaranya mata merah, bengkak kaki dan tangan, demam berkepanjangan, dan masalah jantung serius.
Saat ginjal rusak, daya tahan tubuh menurun karena banyak racun yang tidak tersaring dengan baik.
“Kami tahu ada peningkatan risiko kerusakan ginjal pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Semakin parah penyakit yang Anda derita, semakin besar kemungkinan ginjal Anda menjadi rusak,” kata Lieberman.
ADVERTISEMENT
Namun, kata Lieberman, 90 persen kerusakan ginjal pada anak yang terinfeksi COVID-19 justru terjadi di stadium ringan atau sedang. "Anak-anak yang punya masalah ginjal sebelumnya berisiko mengalami dampak COVID yang lebih parah,” kata Lieberman.
Untuk mempelajari gejala pasca COVID-19 pada anak, Departemen Pediatri Hackensack membentuk klinik tindak lanjut pasca COVID-19.
MIS-C merupakan kondisi yang sangat langka. Saat pandemi, terjadi lonjakan kasus MIS-C yang dikaitkan dengan lonjakan infeksi virus corona dari musim gugur hingga Januari (88 kasus pada 14 Februari menjadi 104 pada 24 Februari).
Salah satu faktor yang membuat MIS-C begitu kompleks karena tidak semua anak yang terinfeksi COVID-19 merasakan sindrom ini. Dibutuhkan sekitar satu bulan untuk gejala penyakit tersebut muncul setelah anak tertular virus corona.
ADVERTISEMENT
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, secara nasional ada 2.617 kasus MIS-C telah dilaporkan pada 1 Maret. Ada 33 kematian karena MIS-C di seluruh negeri.
Dengan munculnya beberapa varian dari COVID-19, para ahli belum mengetahui apakah gejala yang muncul akibat kerusakan ginjal dan kekacauan sistem imun akan sama dengan yang terjadi saat ini.