Diva Kurnianingtyas Jadi Doktor Termuda ITS di Umur 24 Tahun

Konten Media Partner
28 September 2021 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diva Kurnianingtyas, doktor termuda usia 24 tahun di Wisuda ke-124 ITS dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS.
zoom-in-whitePerbesar
Diva Kurnianingtyas, doktor termuda usia 24 tahun di Wisuda ke-124 ITS dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS.
ADVERTISEMENT
Diva Kurnianingtyas baru saja menyandang predikat sebagai wisudawan doktor termuda di prosesi Wisuda ke-124 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Perempuan dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ini berhasil lulus di usia 24 tahun 9 bulan.
ADVERTISEMENT
Diva menuturkan, untuk mendapatkan predikat dokter termuda tentu dibutuhkan motivasi yang kuat. Ia menyampaikan bahwa motivasi terbesarnya adalah membahagiakan dan membanggakan ibunya.
“Sejujurnya, saya tidak pernah berekspektasi kuliah lanjut di usia muda. Tetapi karena keinginan serta doa beliau (ibunya), saya bisa mencapai titik ini,” tutur Diva, Selasa (28/9).
Diva mengungkapkan, sebelum mendapatkan gelar doktor tersebut ia harus menempuh pendidikan S1 Teknik Informatika di Universitas Brawijaya dengan lama studi 3,5 tahun.
Setelah tiga bulan bekerja di bidang Data Engineering, ia mengambil beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di ITS jurusan Teknik Sistem dan Industri. Diva menempuh studi S2 di ITS selama setahun dan studi S3 selama tiga tahun.
ADVERTISEMENT
Gadis kelahiran Malang, 13 Desember 1996 ini mengaku banyak tantangan yang dirasakan saat menjadi mahasiswa termuda dibandingkan teman-teman kuliahnya.
Pertama, ia harus belajar secara cepat agar bisa menyelesaikan studi tepat waktu. Kedua, studi di usia muda menjadi tantangan tersendiri bagi mentalnya. Khususnya belajar bagaimana mengontrol emosi serta menerima keadaan yang tidak selalu sesuai dengan ekspektasi.
“Yang terpenting adalah belajar sabar. Studi S3 tidak seperti studi S1 dan S2 yang terus belajar ilmu pengetahuan, melainkan belajar ilmu kehidupan yang tidak pernah diperoleh sebelumnya,” ucapnya.
Selama kuliah, Diva banyak mengembangkan diri dalam proyek dan penelitian. Ia juga beberapa kali mempresentasikan penelitiannya dalam konferensi internasional hingga publikasi jurnal terindeks Scopus.
"Sejauh ini, bidang yang saya tekuni adalah Perencanaan dan Manajemen Kesehatan, Pemodelan Simulasi, Data Mining, Pemrograman serta Optimasi,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Di akhir masa studinya, dalam disertasinya Diva mengangkat topik mengenai perancangan, pengembangan, dan perencanaan sistem asuransi kesehatan nasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh strategi alternatif mekanisme rujukan kesehatan agar anggaran keuangan stabil, premi terjangkau, dan kualitas program meningkat.
Temuan dalam penelitian disertasinya ini adalah faktor krusial yang menyebabkan defisit keuangan terjadi karena kepatuhan peserta dalam membayar premi setiap bulan dan inefektif sistem rujukan. Meskipun banyaknya peserta yang menunggak pembayaran, mengubah rujukan atau penetapan premi peserta menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan.
“Hal ini karena dapat mengurangi terjadinya anggaran keuangan yang mengalami defisit,” paparnya.
Ke depannya, Diva ingin fokus pada peningkatan pengetahuan dan kemampuannya dalam mengoptimasi sistem sektor kesehatan sebagai bentuk implementasi dua keilmuannya yaitu Teknik Informatika serta Teknik Sistem dan Industri.
ADVERTISEMENT
Tidak lupa, Diva juga berpesan untuk mahasiswa ITS, khususnya yang sedang studi S3. “Seringkali kita melupakan bahwa setiap orang memiliki ujian dan jalan hidup yang berbeda, kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain apalagi sampai menghakiminya. Tetap semangat untuk menyelesaikannya,” pungkasnya.