Dokter: CT Value Rendah Tak Pengaruhi Kondisi Klinis Pasien

Konten Media Partner
13 September 2021 14:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya menemukan kasus baru terkait adanya seorang pasien yang memiliki CT value ekstrim atau angkanya sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Pasien yang merupakan seorang pekerja migran Indonesia (PMI) tersebut memiliki nilai CT value di angka 1,8. Angka ini termasuk sangat rendah dan memiliki potensi penularan cukup tinggi.
Seperti diketahui, semakin rendah nilai CT value atau di bawah 25–28 kemungkinan besar menandakan bahwa jumlah virus Corona semakin banyak di dalam tubuh. Sebaliknya, jika nilai CT value yang tinggi atau di atas 30–35 menandakan bahwa jumlah virus sudah berkurang atau lebih sedikit.
Lantas bagaimana kondisi pasien yang CT Value-nya di bawah 25?
Menjawab hal itu, Dr. Christrijogo Soemartono W dr., Sp.An., KAR., mengatakan, CT Value (cycle threshold value) berfungsi untuk membantu menentukan status apakah seseorang positif atau negatif terkait infeksi virus Corona. Ia mengungkapkan, jika CT Value tidak mempengaruhi kondisi klinis pasien.
ADVERTISEMENT
"CT Vlaue tidak ada pengaruh pada kondisi klinis pasien. CT Value ini kaitannya dengan infeksiusnya, menyebarnya, mudah menginfeksi orang lain atau tidak. Kalau angkanya di bawah 20 atau15 itu masih ada potensi gampang menular," kata Dr. Chris ketika dihubungi Basra, Senin (13/9).
Meski tidak terlalu mempengaruhi kondisi klinis pada pasien, Dr. Chris menyebut jika pihaknya pernah mendapati pasien yang terpapar virus Corona varian Delta.
Saat itu pasien sudah menjalani perawatan selama 14 hari tiba-tiba CT Value-nya rendah dan mengalami beberapa gejala.
"Yang pernah saya temukan gejala klinis itu pada Delta. Setelah 14 hari CT Value turun, lalu dia (pasien) ada batuk, nyeri tenggorokan, lalu segera kita obati. Itu sampai 21 hari baru sembuh dan gejala klinis hilang baru kita pulangkan," jelas Dokter Spesialis Anestesi-Kardiologi ini.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah adanya mutasi baru virus, Dr. Chris mengungkapkan hal yang perlu dilakukan yakni penanganan pada virus.
"Kita tidak boleh kedahuluan dengan berkembangnya virus. Kalau asupan baik, mau melawan, mau sembuh, kuman mati sendiri. Kami tidak tau sifat yang baru ini seperti apa. Kami juga sedang mengamati betul pada pasien yang CT Value-nya rendah kita selediki di lapangan. Jadi prokes harus tetap dijalankan, dan vaksinasi harus dilakukan," pungkasnya.