Epidemiolog Unair: Contoh Tracing Kasus COVID-19 Terbaik adalah Jakarta

Konten Media Partner
22 Juli 2021 14:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dok. Basra
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Basra
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta maaf jika penanganan COVID-19 di Jatim belum dapat memuaskan seluruh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bahkan pihaknya juga memahami, jika dampak perpanjangan PPKM Darurat tidaklah ringan bagi masyarakat.
"Pemprov Jawa Timur memahami dampak perpanjang ini tentu tidak ringan bagi masyarakat. Atas nama Pemprov Jatim, saya meminta maaf jika penanganan COVID-19 di Jatim belum dapat memuaskan seluruh masyarakat," tulis Khofifah dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @khofifah.ip pada Selasa (20/70) malam.
Menanggapi hal itu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), dr Windhu Purnomo, dr., MS., mengatakan hampir semua provinsi di Indonesia sama dalam hal menangani pandemi COVID-19.
"Ya bagus minta maaf. Nggak apa Gubernur minta maaf, tapi strategi harus diperbaiki, sehingga kita bisa terlepas dari level 4 ini. Level yang lumayan ya level 2. Kalau kurang bagus ya diperbaiki," kata dr Windhu ketika dihubungi Basra, Kamis (22/7).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, yang terbaik dalam menangani pandemi COVID-19 hanyalah DKI Jakarta. Pasalnya DKI Jakarta mampu mencari kasus sebanyak mungkin.
"Yang terbaik menurut saya itu DKI Jakarta. Karena DKI Jakarta mampu mencari kasus sebanyak mungkin," ucapnya.
dr Windhu menuturkan, dalam penangan wabah yang paling penting adalah surveilans epidemiologi. Yaitu mencari kasus. Caranya dengan testing dan tracing.
"Kalau kita tidak menemukan kasus, bagaimana kita bisa mengendalikan. Karena kalau kasus nggak ketemu, ketemunya sedikit seperti puncak gunung es padahal kasusnya masih banyak di bawah permukaan. Karena tracing rendah. Apalagi akhir-akhir ini tracing menurun," jelas dr Windhu.
Ia mengungkapkan jika di Jatim dan banyak daerah di Indonesia tracing dan testingnya masih kurang.
Di tambah lagi, positivity rate kasus COVID-19 di Jawa Timur masih cukup tinggi, yakni 39,24%, jauh di atas standar WHO yakni 5%.
ADVERTISEMENT
"Positivity rate kita hampir 40%, BOR-nya juga masih tinggi di atas 80%. Jadi harus diperbaiki tracing dan testingnya," pungkasnya.