Greta Thunberg, Remaja 16 Tahun yang Berlayar ke New York Demi Bumi

Konten Media Partner
3 September 2019 9:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Greta Thunberg. Foto-foto : Instagram @gretathunberg
zoom-in-whitePerbesar
Greta Thunberg. Foto-foto : Instagram @gretathunberg
ADVERTISEMENT
Greta Thunberg memang bukan anak Surabaya. Tapi aksi yang dilakukan Greta sungguh inspiratif dan layak dibaca semua anak Indonesia. Greta, remaja berusia 16 tahun asal Swedia, baru-baru ini menghadiri pertemuan PBB tentang perubahan iklim di kota New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Hebatnya, Greta tak ingin datang ke New York dengan naik pesawat terbang ataupun kapal pesiar. Menurut Greta dua kendaraan tersebut sama-sama menghasilkan emisi karbon yang akan menyakiti bumi. Greta pun memilih kendaraan lain yang 'zero carbon' meski tak menawarkan kenyamanan : kapal layar.
Kapal layar yang ditumpangi Greta bukan kapal layar biasa. Greta memulai perjalanan ke New York atas bantuan tim Malizia II yang dipimpin Pierre Casiraghi dan Boris Herrmann. Pierre merupakan Vice-President of the Yacht Club de Monaco, sedangan Boris Herrmann dijuluki world-class sailor yang sudah ahli dalam medan pelayaran berat.
Tim Malizia II lah yang menawarkan diri untuk mengantarkan Greta ke Amerika Serikat. Dalam penjelasan Boris di laman www.borisherrmannracing.com, Pierre, Boris, Greta, serta sang ayah Svante Thunberg, dan Nathan Grossman, dokumentator perjalanan Greta, berangkat dari Inggris menuju New York pada pertengahan Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
Jarak yang ditempuh Greta dari Inggris ke New York sekitar 3 ribu mil melintasi lautan Atlantik selama dua minggu nonstop. Di atas kapal tidak ada kamar mandi, pancuran, sarana memasak, dan tempat tidur layak. Ini karena perahu layar milik Tim Malizia II memang didesain untuk balap lepas pantai berkecepatan tinggi. Karena itu untuk menjaga berat kapal semua perabot dibuat seminimal mungkin.
"Untuk perjalanan ke New York kami hanya memasang tirai dan matras supaya tidur lebih nyaman," kata Boris.
Greta di dalam IMOCA 60s milik Tim Malizia II.
Selama di perjalanan pun Greta dan tim hanya akan mengonsumsi makanan yang sudah dibekukan dan dikeringkan agar bisa dimakan dalam segala cuaca dan kondisi.
Beberapa pihak sempat meragukan apakah kapal jenis IMOCA 60s yang dipakai Tim Malizia II benar-benar nol karbon. Boris pun menjelaskan dengan detil. IMOCA 60s sudah dilengkapi panel bertenaga matahari yang menghasilkan listrik 1,3 kW. Selain itu ada dua generator hidro yang terpasang permanen di buritan kapal. Dengan dua sumber energi listrik ini, IMOCA 60s menghasilkan listrik lebih banyak dari yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Bahkan berkat dua sumber listrik ini Boris dan Pierre bisa menjalankan semua perangkat elektronik di dalam kapal mulai sistem navigasi, pilot otomatis, dan menyuling air laut menjadi air layak minum melalui teknologi SubCtech yang mereka miliki. Bahkan, bodi kapal IMOCA 60s dibuat dari serat karbon yang didaur ulang.
Melihat semua teknologi ramah lingkungan yang dimiliki IMOCA 60s, Greta pun menyetujui tawaran Tim Malizia II. Mereka kini sedang dalam perjalanan pulang dari New York menuju Inggris.
Greta bersama Boris (kiri), Svante (ayah Greta - berkaos htam), Nathan (dokumentator), dan Pierre (kanan).
Melalui akun Instagramnya @gretathunberg, Greta bercerita telah usai melakukan pertemuan di New York. Greta memberi semangat pada remaja seusianya agar tak kalah dengan keterbatasan yang mereka miliki saat ini.
Dalam salah satu caption foto di Instagram, Greta mengaku mengidap sindrom Asperger. Sindrom Asperger membuat orang yang mengidapnya jadi sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Termasuk Greta. Dia mengaku saat didiagnosis Asperger dia jadi tak punya energi untuk melakukan sesuatu, tak punya teman, dan tak pernah bicara intensif pada seseorang.
ADVERTISEMENT
"Aku hanya di rumah sendiri dengan gangguan pola makan. Tapi semua berubah setelah aku menemukan makna hidup sebenarnya," tulis Greta.
Bersama anak-anak New York yang mengikuti aksi School Strike di kantor PBB.
Nama Greta memang banyak dibicarakan setelah pada Agustus 2018 dia banyak melakukan aksi mogok sekolah atau skolstrejk for klimatet di luar gedung parlemen Swedia. Greta banyak menyoroti isu-isu perubahan iklim dan kebijakan yang tidak pro penyelamatan lingkungan.
Pada Maret 2019 nama Greta dinominasikan sebagai penerima Nobel Perdamaian. Nama-nama penerima Nobel Perdamaian baru akan diumumkan pada Oktober mendatang. Bila Greta terpilih, maka dia akan menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda. (Reporter : Windy Goestiana)