news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ini Kata Satgas Jatim Soal Data COVID-19 yang Berbeda

Konten Media Partner
22 Juli 2021 8:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peta sebaran COVID-19 di Jawa Timur per tanggal 21 Juni 2021.
zoom-in-whitePerbesar
Peta sebaran COVID-19 di Jawa Timur per tanggal 21 Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, masyarakat dibuat bingung terkait adanya perbedaan data kasus COVID-19 yang ada di Surabaya dan Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Jubir Satgas COVID-19 Jatim dr Makhyan Jibril mengatakan jika hal itu sudah dikonfirmasi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak melalui akun Twitter pribadinya.
"Data kematian yg dirilis Pemprov mengacu ke laporan Pemkab/Pemkot. Pak Walkot Sby sdh sampaikan ke publik bahwa "pemakaman sesuai prokes yg blm dilakukan PCR tidak ikut tercata dalam New All Record (NAR) – status probable atau suspect," tulis Emil dalam akun @EmilDardak seperti dilansir Basra pada Kamis (22/7).
dr Jibril menuturkan jika Pemprov Jatim sangat mendukung keterbukaan terhadap data yang ia dapatkan dari laporan Pemkab/Pemkot. Bahkan pihaknya juga selalu melaporkannya kepada publik.
"Intinya provinsi sangat mendukung keterbukaan terhadap data. Oleh karena itu, kami selalu melaporkannya kepada publik setiap hari. Namun data tersebut memang kami dapatkan berdasarkan input/laporan kabupaten kota masing-masing," tutur Jibril ketika dihubungi Basra, Kamis (22/7).
Diketahui, sebelumnya Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga sudah menjelaskan jika data di dalam lawancovid-19.go.id adalah kasus yang sudah dinyatakan positif COVID-19 dan masuk ke data New All Record (NAR).
ADVERTISEMENT
"Kalau yang di lawan COVID-19 itu adalah orang yang sudah sakit dan positif masuk data NAR. Tapi warga Surabaya ada yang sakit ngga segera periksa, setelah parah, sesak nafas baru ke puskesmas, telat ngasih oksigen, akhirnya meninggal dan tidak terdata dalam NAR atau Lawan COVID-19. Karena apa? Karena belum swab antigen dia meninggal dulu. Sehingga kenapa angka kematiannya lebih besar, tidak seperti laporan kematian di lawan COVID-19," jelasnya.
Untuk itu, Eri berpesan kepada warga Surabaya, jika sudah merasa sakit, seperti flu, batuk, agar langsung priksa ke puskesmas dan swab. Karena menurutnya, COVID-19 ini bukan aib, tetapi penyakit yang bisa disembuhkan.
"Kalau takut tidak mau diswab karena malu positif COVID-19, akhirnya Surabaya nambah terus. Kapan ekonominya Surabaya bergerak," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, Ia juga mengajak seluruh warga Surabaya, dan seluruh elemen untuk terus semangat, dan saling bergotong royong agar kasus COVID-19 di Surabaya bisa turun.