Inovasi Mahasiswa ITS, Mengolah Air Limbah Jadi Energi Listrik

Konten Media Partner
5 Juli 2019 12:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Visualisasi Abactor-Cells karya mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, ITS, Surabaya. Foto: Dok. ITS
zoom-in-whitePerbesar
Visualisasi Abactor-Cells karya mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, ITS, Surabaya. Foto: Dok. ITS
ADVERTISEMENT
Siapa yang sangka kalau bakteri ternyata bisa menghasilkan listrik? Melalui alat bernama Abactor-Cells, Valianto Rojulun Afif, Ahmad Nailul Firdaus, dan Wahyu Prayuda, mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, mengolah air limbah dari industri tahu menjadi energi listrik dengan bantuan bakteri.
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan Valianto secara tertulis, selama ini, limbah cair yang dihasilkan industri tahu langsung dibuang ke sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. “Hal ini dapat menyebabkan penurunan daya lingkungan akibat dari tingginya kandungan polutan organik dalam limbah cair tahu,” kata Valianto, Kamis (4/7).
Alat Abactor-Cells mengadopsi prinsip kerja dari Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dan Microbial Fuel Cells (MFCs), yang dikombinasikan menjadi satu unit pengolah. Alat ini berguna untuk mengolah air limbah menjadi energi listrik dengan memanfaatkan bakteri. Valianto dan tim sengaja menggabungkan dua prinsip kerja dari alat-alat tersebut agar punya daya guna lebih dan tidak memakan biaya operasional tinggi.
"Sehingga alat ini cocok untuk diaplikasikan pada sektor industri tahu skala rumah tangga,” ungkap mahasiswa tingkat akhir ini.
Tim pembuat Abactor-Cells. / Dok. ITS
Abactor-Cells ini, kata Valianto, membutuhkan waktu pemrosesan selama 12 jam untuk menghasilkan listrik sebesar 0,336 watt/jam. Selain itu, unit ini mampu mengurangi kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dari 1563,86 mg/liter menjadi 297,474 mg/liter, dengan persentase sebesar 81 persen, yang setara dengan berat COD sebesar 0,055 kilogram.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, dengan Abactor-Cells ini, persentase removal untuk kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebesar 84,4 persen dengan inlet BOD sebesar 953,74 mg/liter dan outlet BOD sebesar 148,74 mg/liter. Adanya penurunan nilai COD dan BOD ini menunjukkan bahwa selain menghasilkan energi listrik, Abactor-Cells dapat juga berperan untuk mengurangi pencemaran lingkungan terutama pada badan air.
Valianto berharap, alat Abactor-Cells bisa menjadi inovasi pembangkit listrik yang bisa diaplikasikan di Indonesia. “Khususnya di industri tahu, karena alat ini bisa menghasilkan listrik sekaligus mengolah limbah tahu,” pungkasnya. Sejauh ini, Abactor-Cells diikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). (Windy Goestiana)