news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Isjati, Penyandang Cerebral Palsy Pandai Menyulam Meski Tak Sekolah

Konten Media Partner
23 September 2019 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Isjati (kanan) dan ibunya. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Isjati (kanan) dan ibunya. Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Namanya Isjati, tahun ini genap berusia 38 tahun. Bungsu dari tiga bersaudara ini sebenarnya terlahir normal, namun di usia dua tahun Isjati mengalami demam tinggi. Kerena demam tak tertangani dengan optimal, Isjati jadi kejang dan tumbuh kembangnya melambat. Isjati pun didiagnosis cerebral palsy.
ADVERTISEMENT
"Saat kejang, sempat saya bawa ke dokter. Sejak saat itu tumbuh kembang Isjati jadi melambat. Enggak bisa ngomong, apalagi jalan," tutur sang ibu, Masrikah, kepada Basra, Senin (23/9).
Diagnosis cerebral palsy yang diberikan dokter mengharuskan Isjati menjalani terapi di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Setidaknya seminggu tiga kali, Isjati harus terapi, mulai tetapi jalan hingga tetapi bicara.
Isjati baru bisa berjalan saat usianya menginjak 10 tahun. Meski demikian, terkadang jika terlalu banyak berjalan, Isjati akan merasa kelelahan. Biasanya dia akan tiba-tiba jatuh begitu saja.
Isjati memang memiliki keterbatasan, namun semangatnya untuk sekolah sangat tinggi. Melihat teman-teman sebayanya berangkat sekolah, Isjati mengutarakan keinginannya pada sang ibu untuk bisa sekolah.
Sayangnya kala itu, tidak satupun sekolah yang mau menerima anak berkebutuhan khusus. Akhirnya sang ibu sendiri yang mengajari Isjati membaca dan menulis.
ADVERTISEMENT
"Saya ajari dia baca dan tulis, saat terapi di rumah sakit dia juga diajari baca tulis. Jadi sejak kecil Isjati tidak pernah sekolah," kenang Masrikah.
Di usia 12 tahun, Isjati tak lagi menjalani terapi di rumah sakit. Praktis, sang ibu jualah yang mengajari Isjati. Seiring bertambahnya usia Isjati, Masrikah juga mengajari Isjati keterampilan menyulam. Selain sebagai bekal Isjati agar bisa hidup mandiri, menyulam juga bisa melemaskan jari jemari Isjati.
"Dia kan tangannya kaku semua, nulis dia memang bisa tapi pakai tangan kiri. Pelan-pelan dia saya ajari nyulam supaya tangannya tidak kaku. Alhamdulillah, dia bisa cepat nangkap kalau diajari nyulam," jelas Masrikah.
Isjati (berkursi roda) dengan buku pertama karya kolaborasinya.
Tak mengenyam pendidikan formal, tak lantas menyurutkan semangat Isjati. Bahkan Isjati memiliki bakat terpendam yang tak diketahui sang ibu, yakni menulis. Isjati gemar menulis buku diary.
ADVERTISEMENT
"Saya suka menulis buku diary karena bisa curhat, bisa keluarkan uneg-uneg," kata Isjati seraya tersipu.
Bakat menulis Isjati ini baru terungkap setelah pertemuannya dengan Dr. Sawitri, pendiri Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (YPKABK), beberapa bulan lalu.
Di bawah asuhan YPKABK, kemampuan menulis Isjati kian berkembang. Bahkan bersama dua anak berkebutuhan khusus lainnya, Isjati berhasil merilis buku pertamanya yang berjudul 'Suara Hati, Mereka yang Tak Pernah Hinggap di Pikiranmu.'
Memiliki buku buah dari karyanya, tentu tak pernah dibayangkan Isjati sebelumnya. Kini dia sangat antusias untuk terus menulis.
"Sekarang lagi bikin cerpen-cerpen gitu, semoga nanti ada yang suka cerpen saya," pungkas penggemar penyanyi Rossa ini. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT