Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Jatim Tertinggi Kedua di Indonesia

Konten Media Partner
28 Juni 2021 12:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arist Merdeka Sirait Ketua KPAI. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Arist Merdeka Sirait Ketua KPAI. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Kasus kekerasan terhadap anak di masa pandemi menunjukkan peningkatan signifikan. Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus kekerasan terhadap anak meningkat dua kali lipat selama pandemi. Kasus kekerasan yang terjadi mulai dari fisik hingga kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
"Sebelum corona kami menerima pengaduan sekitar 2.000an kasus, tapi selama masa pandemi laporan yang masuk sekitar 5.000an kasus. Data ini sebanding dengan Kemen PPA. Bahkan di Kemen PPA tercatat 58 persen kasus kekerasan terhadap anak didominasi kejahatan seksual," ujar Arist Merdeka Sirait Ketua KPAI, kepada Basra, (25/6).
Meski tak menyebut angka dari kasus yang terjadi, Arist mengungkapkan jika kasus kekerasan terhadap anak terjadi hampir merata di wilayah Tanah Air. Adapun kasus terbanyak terjadi di Ibukota Jakarta, disusul Jawa Timur.
"Setelah DKI Jakarta ada Jawa Timur karena memang populasinya juga tinggi, baru kemudian ada Jawa Barat," imbuhnya.
Meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak, kata Arist, tak terlepas dari pembelajaran daring yang diterapkan selama masa pandemi. Berdasarkan temuan KPAI, makin anak dekat dengan keluarga (orang tua) kian memperbesar terjadinya kasus kekerasan terhadap anak. Bahkan pelaku tak lain adalah orang terdekat.
ADVERTISEMENT
"Didekatkan dengan keluarga biar makin akrab, eh nggak taunya malah anak jadi sasaran kekerasan. Seminggu dua minggu mungkin masih bisa dekat dengan anak, tapi lama kelamaan pusing juga apalagi saat harus kehilangan pekerjaan karena pandemi, makin pusing," jelas Arist.
Menyikapi fenomena maraknya kasus kekerasan terhadap anak, Artist menuturkan perlunya dibangun ketahanan keluarga. Salah satu caranya rumah dijadikan sebagai sarana beribadah bagi keluarga.
"Bapak harus bisa jadi teladan dan ibu bisa jadi panutan. Supaya anak-anak ini enjoy dan sehat di rumah," tegasnya.
Selain menciptakan rumah sebagai tempat beribadah, lanjut Arist, keluarga juga perlu menciptakan suasana ramah dan bersahabat.
"Di masa pandemi seperti sekarang kan lebih banyak di rumah. Kalau keluarga tidak ramah, tidak bersahabat, yang ada hanya marah-marah, maki-maki anak, pasti anak akan jadi mobilitas di luar. Tapi kalau suasana di rumah itu ramah dan bersahabat tentunya anak akan betah di rumah," simpulnya.
ADVERTISEMENT