Kesabaran Cholik, Nakes yang Dilempar Kotoran oleh Istri Pasien COVID-19

Konten Media Partner
2 Oktober 2020 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kesabaran Cholik, Nakes yang Dilempar Kotoran oleh Istri Pasien COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Seorang tenaga kesehatan (nakes) di Surabaya harus mengalami tindakan kurang mengenakan saat hendak menjemput pasien positif COVID-19 di Rusun Bandarejo, Sememi, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Alat Pelindung Diri (APD) yang dikenakan nakes tersebut dilumuri kotoran oleh keluarga pasien yang bersangkutan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan Basra, foto nakes yang viral di media tersebut merupakan seorang perawat dari Puskesmas Sememi Surabaya bernama Cholik Anwar, S.Kep. Ns.
Cholik merupakan salah satu perawat terbaik di Puskesmas Sememi lantaran pernah menjadi perawat teladan di tingkat Surabaya dan Provinsi. Bahkan ia juga menjadi Penanggung Jawab Surveilans dan juga Koordinator Tim Tracing Puskesmas Sememi Surabaya.
Kabar tersebut pun dibenarkan oleh Kepala Puskesmas Sememi Surabaya dr. Lolita Riamawati. dr. Lolita mengungkapkan jika kejadian tersebut baru pertama kalinya dialami oleh nakesnya.
"Iya benar (nakes Puskesmas Sememi). Baru pertama kalinya kejadian itu terjadi. Karena tidak semua masyarakat itu bisa menerima penyakit COVID-19 ini," kata dr. Lolita ketika ditemui Basra di ruang kerjanya, Jumat (2/10).
ADVERTISEMENT
Lantas dr. Lolita pun menjelaskan kronologi kejadian tersebut terjadi pada 29 September 2020 di Rusun Bandarejo. Dimana sebelum kejadian itu, pada tanggal 28 September 2020 para petugas dari Puskesmas Sememi melakukan tracing kepada warga yang hasil swabnya positif.
"Tanggal 28 September 2020, hasil swab keluar positif. Petugas langsung melakukan tracing, lalu kita berikan edukasi, dan semua yang kontak erat harus swab di puskesmas. Kebutulan Mas Cholik ini Koordinator Tim Tracing Puskesmas Sememi. Tapi pada hari itu petugas gagal membawa pasien untuk dievakuasi dan pihak keluarga juga enggan melakukan tes swab," jelas dr. Lolita.
Sehingga pada hari selanjutnya, petugas puskesmas kembali mendatangi lokasi bersama para petugas mentertiban yang lain untuk melakukan evakuasi kepada pasien bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Pasalnya pasien tersebut sudah berusia 60 tahun dan mempunyai penyakit penyerta berupa hipertensi dan riwayat stroke.
Kepala Puskesmas Sememi Surabaya dr. Lolita Riamawati, M.Kes. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
"Kan saat mengevakuasi pasien itu ada Mas Cholik, petugas Linmas, bidan dan driver yang membantu. Ketika akan memasukkan pasien ke ambulance, si istri pasien ini keluar sambil membawa kresek hitam dan mengoleskannya ke petugas," ucap Lolita.
Lolita menambahkan, pada saat itupula Cholik juga sempat bilang ke ibunya, karena dia tau kalau istri pasien membawa kotoran manusia.
"Soalnya dari baunya sudah tercium. Terus Mas Cholik bilang 'Bu, lapo sih atek ngunu? (kotoran manusia)'," kata dr Lolita menirukan ucapan Cholik.
Alih-alih si istri pasien tenang, Cholik dan petugas lainnya malah mendapatkan perlakukan yang tidak pantas.
"Menurut cerita Mas Cholik, si ibuk juga sempat bilang 'nyoh titik edang' terus sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Meski mendapatkan perlakuan yang kurang pantas, para petugas tetap menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak terpancing emosinya.
"Mereka tetap profesional, sabar, dan fokus menjalankan tugasnya meskipun dengan kondisi seperti itu. Karena pasien adalah yang utama," ucapnya.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait adakah permintaan maaf dari istri pasien kepada para petugas, dr. Lolita menuturkan jika istri pasien tidak mempunyai itikad untuk meminta maaf.
"Nggak ada inisiatif (minta maaf). Bahkan sudah ditanya pak camat untuk minta maaf si istri ini juga diam saja nggak menjawab. Kita sudah melakukan mediasi," tuturnya.
Setelah kejadian tersebut, dr. Lolita mengatakan jika pasien kini tengah dirawat di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.
"Keluarganya sudah kita swab, tinggal nunggu hasilnya. Untuk istri dan anak keduanya kita lakukan isolasi di hotel agar tidak kabur. Sementara untuk anak pertama tetap di rusun, karena dia koperatif dan jika sewaktu-waktu dibutuhkan ayahnya agar bisa datang. Kalau hasil swab keluar dan menunjukkan positif akan kami lakukan isolasi di lokasi yang sudah disiapkan Pemkot Surabaya," kata dr. Lolita.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, dr. Lolita juga berpesan kepada masyarakat untuk membantu para nakes memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
"COVID-19 ini kan mau percaya nggak percaya itu ada. Dan ini tidak bisa diselesaikan kalau hanya nakes saja. Masyarakat harus ikut membantu. Kalau masyarakat tidak membantu, kami tidak bisa memutus mata rantai penularan ini sendiri," pungkasnya.