Konten Media Partner

Kisah Dani, Kubur Mimpi Kuliah di Kampus Impian karena Mahalnya Biaya Kuliah

29 Mei 2024 6:33 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemuda gagal kuliah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemuda gagal kuliah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Menempuh pendidikan di perguruan tinggi rupanya masih menjadi kebutuhan mahal bagi sebagian warga di tanah air. Bahkan tak sedikit remaja yang harus mengubur angannya untuk bisa kuliah di kampus impian karena terbentur biaya. Ini seperti yang dialami Dani (bukan nama sebenarnya), pemuda asal Banyuwangi, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Anak kedua dari tiga bersaudara itu harus rela mengubur mimpinya kuliah di kampus impian karena mahalnya biaya kuliah yang harus dia bayar. Padahal Dani telah lolos mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
"Keponakan saya itu lulus SNMPTN tahun lalu dan diterima di salah satu kampus negeri di Malang. Kampus itu jadi impian keponakan saya," ujar Ike, bibi dari Dani, kepada Basra, (28/5).
Perempuan yang menetap di kawasan Surabaya Barat ini mengungkapkan, jika Dani harus rela melepas mimpinya kuliah di kampus impian karena mahalnya biaya yang harus dibayarkan.
"Jadi setelah dinyatakan lolos SNMPTN itu, Dani kan harus daftar ulang secara online. Nah pas daftar ulang itu ada rincian yang harus dibayar Dani, semua totalnya sekitar Rp 22 juta kalau mau lanjut kuliah di sana," terang Ike.
Mengetahui besarnya biaya yang harus dia bayar, Dani urung melakukan daftar ulang. Dani memilih berdiskusi terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Dari hasil pembicaraan dengan kedua orang tuanya, Dani memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan kuliah di kampus tersebut.
"Orang tuanya keberatan dengan besarnya biaya yang harus dibayarkan itu. Apalagi katanya tidak bisa dicicil. Bapaknya Dani cuma tukang las, sedangkan sang ibu hanya ibu rumah tangga biasa saja. Dan Dani masih punya adik yang masih sekolah," tutur Ike.
Menurut Ike, orang tua Dani khawatir jika ke depannya tak bisa membiayai kebutuhan kuliahnya. Apalagi biaya tersebut belum termasuk biaya untuk kos dan makan sehari-hari. Dan masa pendidikan di bangku kuliah ditempuh dalam waktu yang tidak singkat, yakni 4 tahun.
Dani pun memilih memenuhi permintaan kedua orangtuanya untuk tidak kuliah. Padahal jurusan yang dituju kala itu juga merupakan impian Dani, yakni teknik sipil.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya kasihan juga, kami lantas kasih support dia untuk mencoba jalur beasiswa. Tapi dia menolak, karena ya itu tadi nanti ke depannya takut ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan nominalnya tidak sedikit, sedangkan orang tuanya sudah menyampaikan keberatannya," terang Ike.
Gagal masuk kampus impian, Dani memutuskan bekerja menekuni profesi seperti sang ayah sebagai tukang las.
"Sekarang dia kerja, sama seperti bapaknya jadi tukang las gitu," tukas Ike.
Ike berharap ke depan biaya kuliah di kampus negeri tak terlalu mencekik agar masyarakat dari kalangan keluarga kurang mampu juga memiliki kesempatan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
"Sepertinya sekarang ini kuliah hanya bisa dijalani mereka dari keluarga yang mampu secara finansial," tandasnya.