news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Hamit, Bertahan Hidup Di Tengah Pandemi Lewat Miniatur Kapal

Konten Media Partner
14 September 2020 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Sepinya orderan saat pandemi menjadi hal biasa yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Terutama bagi mereka yang mempunyai usaha.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dirasakan oleh Abdul Hamit, seorang penyandang disabilitas yang menggeluti usaha sablon sejak 1994.
Agar dapat bertahan hidup di tengah pandemi, Hamit mempunyai cara tersendiri untuk bangkit ditengah keterpurukan. Salah satunya yakni dengan membuat miniatur kapal dari limbah triplek bekas disekitar rumahnya.
Hamit bercerita, pembuatan miniatur tersebut bermula ketika ia membuat sebuah kapal dari kertas karton untuk anaknya.
Penggunaan kertas yang dinilai kurang awet, akhirnya membuat ia memanfaatkan triplek bekas yang sudah tidak terpakai.
"Karena orderan sablon juga lagi sepi, akhirnya saya coba membuat miniatur ini berbekal belajar dari youtube," ucap Hamit, Senin (14/9).
Dengan peralatan sederhana, seperti gunting, penggaris, lem, dan cutter, pria asli Banyuwangi ini berusaha menghasilkan karya miniatur sebagus mungkin.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pembuatan miniatur yang membutuhkan waktu seminggu itu, pertama Hamit membuat kerangka kapal terlebih dulu dengan triplek tebal. Selanjutnya ia melapisi body kapal dengan kulit triplek.
Sementara untuk detail tangga, Hamit membuatnya dari bambu. "Untuk bendera yang melengkung saya menggunakan kulit triplek yang sudah dikeringkan dengan lem agar tidak mudah patah saat dibengkokkan," jelasnya.
Untuk finishing-nya, ia menggunakan kertas gosok untuk mengahluskan triplek. Sehingga saat diplamir atau dipernis dapat tahan lama dan mengkilat.
"Kalau ada pelanggan yang minta di cat, saya biasa pakai cat sablon sisa usaha sablon saya. Karena cat tersebut juga dapat bertahan lama," tambahnya.
Miniatur kapal milik Hamit pun dipasarkan melalui mulut ke mulut ketika saudara atau tetangga berkunjung di rumahnya di Jalan Tempel Sukorejo Surabaya.
ADVERTISEMENT
Untuk harga miniaturnya, Hamid tak mematok harga atau bisa dibayar seiklasnya. Hal itu dilakukan, karena ia mengaku miniatur buatannya masih kurang maksimal.
"Karena ini juga dari triplek bekas jadi seiklasnya yang ngasih saja, ada yang ngasih Rp 250 ribu, ada juga yang Rp 350 ribu. Alhamdulillah, hasil dari penjualan miniautur ini sangat membantu perekonomian keluarga saya, karena usaha sablon saya juga sangat sepi di masa pandemi ini," pungkasnya.
Diketahui, dalam sebulan Hamit bisa menerima empat orderan miniatur kapal. Bahkan saat ini, sudah ada sekitar 15 miniatur yang terjual.