kisah Jono, 20 Tahun Jadi Terapis Tunanetra Profesional untuk Nafkahi Keluarga

Konten Media Partner
14 November 2020 15:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Di tengah keterbatasan fisiknya, Karjono tak pernah patah semangat untuk terus mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
ADVERTISEMENT
Sudah 20 tahun lebih, pria yang akrab disapa Jono ini berprofesi sebagai tukang pijat. Hal ini ia lakukan karena kedua mata Jono tidak dapat melihat sejak ia masih kecil.
Untuk menyambung hidup, kini telah membuka praktek pijat penyembuhan serta penyegaran yang berlokasi di Rusunawa Siwalankerto Selatan lantai 1 No 03 Surabaya.
Jono bercerita, sebelum menekuni profesi menjadi tukang pijat, ia harus menempuh pendidikan untuk mempelajari anatomi tubuh manusia, fungsi tubuh manusia, hingga teori pijat yang benar.
"Waktu berusia 18 tahun saya sekolah di panti rehabilitasi sosial Malang selama 30 bulan hingga mendapatkan ijasah pijat. Disana saya belajar banyak hal mulai dari anatomi tubuh manusia hingga bagaimana teori pijat yang benar. Jadi tidak asal pijat," kata Jono pada Basra, Sabtu (14/11).
ADVERTISEMENT
Selain mendapatkan ijasah pijat, Jono juga mempunyai sertifikat profesi dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Dalam praktik pijatnya, pria 38 tahun ini melayani aneka macam pijat seperti terapi massage, pijat shiatsu, pijat akupresure, dan pijat refleksi.
"Jadi dari berbagai macam jenis pijat itu saya kombinasikan. Untuk pijat penyegeran ini bisa untuk relaksasi atau capek-capek. Nah yang penyembuhan misal keseleo, kecetit, gangguan perut, dan lain-lain. Karena kan titik-titik yang akan dipijat juga beda," ucap Jono.
Bahkan selama pandemi COVID-19 ini, Jono mengaku jumlah pasiennya mengalami penurunan drastis. Dari yang awalnya sehari dapat 6 orang, kini dalam sehari ia hanya memperoleh 1 orang saja bahkan tidak ada pelanggan.
"Karena orang-orang ini kan masih takut dengan kondisi saat ini. Sejak Nopember ini sih sudah lumayan, seminggu bisa dapat tiga orang," kata bapak 5 anak ini.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait tarif pijat, harga yang dipatok Jono cukup variatif tergantung lama waktu saat memijat.
ADVERTISEMENT
"Kalau 15 menit Rp 30 ribu, 30 menit Rp 50 ribu, 1 jam Rp 80 ribu, dan 2 jam Rp 150 ribu. Tapi kalau untuk warga sini (rusunawa) saya nggak ngasih harga, karena mereka saya anggap keluarga sendiri, di kasih ya saya terima," jelasnya.
Jono pun berharap, masyarakat mau untuk memanjakan diri dengan cara datang ke tukang pijat. Karena menurutnya pijat mempunya banyak manfaat, seperti meningkatkan imun dan menyegarkan badan.
"Masyarakat nggak perlu takut untuk pijat, karena saya menerapkan protokol kesehatan. Saya juga berharap pemerintah dapat memberikan wadah bagi teman-teman disabilitas ini untuk menyalurkan bakatnya selain memijat," tutup Jono.