Konten Media Partner

Kisah Lansia Disabilitas Asal Jember, Berhaji dari Hasil Nabung Sebagai Penjahit

13 Mei 2025 6:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muayatur Rohmah, lansia disabilitas asal Jember.
zoom-in-whitePerbesar
Muayatur Rohmah, lansia disabilitas asal Jember.
ADVERTISEMENT
Muayatur Rohmah, seorang jemaah haji kloter 32 Embarkasi Surabaya, masih tidak percaya bahwa ia mendapat panggilan sebagai tamu Allah untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci. Dengan keterbatasan fisiknya, yaitu tidak memiliki kedua kaki secara sempurna, Muayatur sangat bersyukur tahun ini dapat berhaji.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulilah atas segala limpahan karunia dari Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berhaji di Tanah Suci,” tutur perempuan asal Kecamatan Mumbulsari, Jember ini.
Di tengah keterbatasan fisiknya, Muayatur sehari-hari bekerja sebagai seorang penjahit. Ia menceritakan dari hasil bekerja, ia sisihkan sedikit demi sedikit untuk tabungan haji.
“Punya uang Rp50 ribu, Rp100 ribu atau berapa pun itu, saya tabung sedikit demi sedikit, dengan niat dapat mendaftar haji,” tutur lansia 77 tahun ini. Setelah terkumpul uang, ia mendaftar haji pada tahun 2012.
Selain menjahit, ia juga memiliki sepetak sawah yang disewakan. Uang dari hasil sewa itu, selain untuk keperluan sehari-harinya, juga ia pakai untuk tambahan mendaftar maupun melunasi biaya haji.
ADVERTISEMENT
“Suami saya sudah tiada, kebetulan juga saya ada keponakan yang sudah saya rawat dari kecil hingga sekarang sudah berumah tangga. Pendapatan dari menjahit tidak tentu. Alhamdulillah masih ada sebidang sawah yang meskipun ukurannya tidak terlalu luas tetapi sangat membantu saya,” terangnya.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, Muayatur menunjukkan kemandirian yang luar biasa. Ia bahkan mampu masuk ke dalam bus menuju Bandara Internasional Juanda dengan menggunakan kedua lututnya sebagai tumpuan, meski sebelumnya dibantu petugas menggunakan kursi roda dari kamar ke depan pintu masuk bus.
"Saya masih punya semangat walaupun kondisi saya seperti ini. Saya tidak ingin merepotkan sepupu saya yang setia menemani saya selama perjalanan ini. Semua saya niatkan untuk ibadah kepada Allah," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Plh. Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya, Sugiyo menjelaskan bahwa disabilitas fisik bukan penghalang untuk menunaikan ibadah haji.
"Tuna daksa tidak menghambat untuk berangkat haji karena ada pendampingan, petugas tetap membantu. Syarat utamanya adalah sehat secara fisik dan psikologis, sehingga bisa menjalankan ibadah haji sesuai syariat," ujarnya.
Sugiyo juga mengapresiasi semangat Muayatur yang dinilai dapat memotivasi jemaah lain yang memiliki keterbatasan fisik.
"Saya pikir ini motivasi yang luar biasa, apalagi di masyarakat Jember, ibadah haji merupakan hal yang sakral," ungkapnya.
Muayatur kini telah berangkat ke Madinah bersama kloter 32. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tetap mengejar mimpi, meski dihadapkan pada berbagai tantangan.