Kisah Semangat dari Pengidap Gagal Ginjal yang Sukses Jual Mentai

Konten Media Partner
8 Januari 2020 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mentai Mentayo karya Dandy Rizaldi Putra. Foto :
zoom-in-whitePerbesar
Mentai Mentayo karya Dandy Rizaldi Putra. Foto :
ADVERTISEMENT
Sakit gagal ginjal tak membuat Dandy Rizaldi Putra, mahasiswa Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) angkatan 2016 terpuruk. Dandy justru sukses berbisnis kuliner nasi khas Jepang dengan label Mentai Mentayo.
ADVERTISEMENT
“Awalnya memang hobi memasak. Kemudian harus cuti kuliah. Nah, pas cuti itu saya mulai coba-coba memasak mentai. Eh, ternyata mentai buatan saya banyak yang suka, maka lahirlah Mentai Mentayo,” kisah Dandy, Rabu (8/1).
Putra pasangan Yusuf Wibisono dan Safri Nur Asfitri ini terpaksa cuti kuliah karena harus menjalani operasi transplantasi ginjal. Dandy mengajukan cuti setahun demi mendapatkan pendonor ginjal.
Setelah lama menanti, akhirnya pendonor ginjal justru datang dari sang ibunda. Meski awalnya tidak bisa karena kandungan antibodi sang ibu lebih tinggi dibanding Dandy.
Dandy Rizaldi Putra dan adiknya, Poppy Yufrinda.
Alasan ketidakcocokan antibodi itu membuat rencana operasi pada Januari 2019 terpaksa dibatalkan. Kemudian Dandy mendapat pendonor ginjal lainnya, namun kembali harus dibatalkan karena alasan kesehatan. Beruntung, saat datang ke RS Sardjito Yogyakarta pada Juni 2019, ada alat plasma exchange yang bisa menurunkan antibodi sang bunda.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah September lalu sudah operasi,” kata pria kelahiran Blitar, 3 Desember 1995.
Saat proses penantian pendonor ginjal, Dandy mengisi waktu luang dengan menyalurkan hobi masaknya. Dia mulai mencoba memasak mentai, atau tepatnya saos mentai, setelah belajar dari YouTube. Hasilnya, mentai olahan Dandy tak kalah dengan mentai yang banyak dijual di pasaran. Hingga akhirnya Dandy memberanikan diri mengunggah mentai kreasinya di media sosial.
Respon ternyata bermunculan. Saat awal saja, ada sekitar 10 orang yang bertanya apakah dia menjual mentai. Kebanyakan yang bertanya memang teman-temannya sesama mahasiswa.
Dandy kemudian mencoba melihat harga pasaran mentai di Surabaya yang ternyata berada di atas Rp 45 ribu. Dandy pun memutuskan menjual mentainya seharga Rp 35 ribu per porsi. Permintaan pun mulai berdatangan.
ADVERTISEMENT
Nasi Mentai Mentayo ala Dandy menawarkan tiga pilihan varian menu yakni racikan salmon, crabstick (kepiting) dan chicken (ayam). Harga menu crabstick dan chicken dibandrol Rp 35 ribu per porsi. Sementara untuk salmon, Dandy menjualnya Rp 38 ribu.
Mengingat keterbatasan tenaga, Dandy pun menetapkan dalam seminggu hanya membuka dua kali pemesanan atau pre-order melalui online. Setiap PO dia batasi 30 porsi yang artinya 60 porsi seminggu, atau 240 porsi sebulan.
“Jadi omset dalam sebulan hampir Rp 10 juta. Sementara keuntungan sekitar Rp 5 jutaan. Lumayan sekali. Saya sendiri benar-benar kaget,” ujar Dandy sumringah.
Jumlah pesanan yang mencapai 240 porsi Mentai Mentayo setiap bulannya dirasa sudah stabil, Dandy pun melibatkan sang adik, Poppy Yufrinda yang baru lulus Fakultas Manajemen Unair. Kakak beradik itu juga memiliki satu karyawan lagi untuk membantu memasak.
ADVERTISEMENT
Dandy mengungkapkan kunci suksesnya memulai bisnis, yakni jangan ragu untuk berpromosi dan harus menjaga kualitas makanan yang dipesan pelanggan. Dandy sendiri memulai bisnis dengan tabungannya Rp 3 juta, di antaranya untuk membeli peralatan memasak dan membuat logo serta stiker untuk promosi.
“Jangan takut rugi untuk melakukan promosi bisnis. Kalau takut rugi gak akan pernah bisa sukses. Toh kalau rugi jadikan pengalaman. Namanya bisnis, kita tidak tahu kapan bisnis akan up atau kapan down,” jelas Dandy yang ternyata pernah gagal berbisnis kacamata.
Bagi Dandy penting juga menjaga kepercayaan pelanggan. Pernah dia dikomplain pelanggan karena nasinya dirasa kurang matang. Dandy pun tak segan meminta maaf dan mengirim ulang pesanan secara gratis.
Dikatakan Dandy jika pasar mentai di Surabaya cukup menjanjikan. Kebanyakan memang berasal dari kalangan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya pikir kemahalan untuk mahasiswa, tapi ternyata tidak. Sekarang ada juga pasar dari orang-orang kantoran,” ujar Dandy.
Untuk memperluas pasar, Dandy berani memberi reward ke pelanggannya agar memperkenalkan Mentai Mentayo ke teman-teman dan komunitasnya. Dia bakal memberi reward Rp 100 ribu untuk membantu promo produknya.
Selain berjualan secara online, Dandy sudah enam kali berjualan di ajang pameran dan sukses. Di bulan ini Dandy sudah berencana membuka outlet di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Dia sendiri yang akan mengawasi penjualan offline tersebut, sementara sang adik tetap fokus di penjualan online.
Tak hanya itu, Dandy bahkan sudah join dengan dua kakak kandungnya di Yogyakarta dan Jakarta untuk berjualan Mentai Mentayo.
ADVERTISEMENT
“Bisnis dengan kakak ini, saya belajar bagaimana berbisnis secara franchise. Dari join dengan kakak, saya minta bagian 15 persen dari total omset,” katanya.
Dari pengalamannya sukses berbisnis mentai, Dandy berpesan kepada para mahasiswa agar memanfaatkan waktu senggang di luar kuliah dengan kegiatan produktif yang bisa menghasilkan pemasukan.
“Kuliah kan pagi sampai sore. Sabtu dan Minggu biasanya kosong. Jadikan waktu senggang untuk kegiatan produktif. Kan kalau sukses, kita juga yang bangga,” simpulnya.