Kisah Touch Heart Band, Kelompok Musik Anak Autistik di Surabaya

Konten Media Partner
20 Desember 2019 8:19 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Touch Heart Band, kelompok musik penyandang autisme yang terdiri dari Anharu (gitar dan vokal), Uli (drum), dan Agil (keyboad) saat sesi latihan di Gedung Wanita, Kalibokor, Surabaya (19/12). Foto-foto : Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Touch Heart Band, kelompok musik penyandang autisme yang terdiri dari Anharu (gitar dan vokal), Uli (drum), dan Agil (keyboad) saat sesi latihan di Gedung Wanita, Kalibokor, Surabaya (19/12). Foto-foto : Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Tidak ada manusia yang bisa memprediksi dengan kondisi apa dia akan dilahirkan ke dunia. Begitu juga tiga anak laki-laki bernama Aulia Muhammad, Anharu Munassalim Musaf, dan Agil Khaleb Gracianto. Ketiganya lahir dengan kondisi autisme yang membuat mereka mengalami gangguan dalam bermain, berkomunikasi, dan bersosialisasi.
ADVERTISEMENT
Tapi siapa sangka, di balik stigma austime yang sering dianggap sulit berinteraksi, Aulia, Anharu, dan Agil mampu membuktikan anak-anak autistik juga bisa bermain musik. Bahkan bersama-sama membentuk Touch Heart Band.
Touch Heart Band atau THB mulai dirintis pada 2016. Meski sudah berumur tiga tahun tapi agak sulit menemukan publikasi tentang mereka di media. Padahal kualitas musik THB pernah diganjar Juara 1 Unesa (Universitas Negeri Surabaya) Got Talent 2016.
"Musik benar-benar jadi bahasa pemersatu yang bisa diterima sama anak-anak austistik. Ya meskipun ada saja tantangan saat latihan, tapi selama tiga tahun terakhir ternyata mereka buktikan mereka bisa. Bahkan mereka juga pernah tampil di pertemuan menteri se-Asean beberapa bulan lalu," kata Sumartini, ibu dari Aulia atau Uli, yang ikut menemani putranya latihan untuk ulang tahun Dharma Wanita Surabaya, di Jalan Kalibokor Surabaya, Kamis (19/12).
ADVERTISEMENT
Di THB Uli dipercaya sebagai drummer, Anharu sebagai vokal dan gitaris, sedangkan Agil sebagai pemain keyboard dan piano. Kemampuan ketiganya memang mumpuni karena sejak kecil sudah dibekali sejumlah les permainan alat musik.
Bahkan menurut Jonathan, pelatih yang dua tahun terakhir melatih THB, ketiga anak tersebut punya keunggulan yang saling melengkapi.
Agil (berkemeja hijau) adalah anggota paling tua di THB yang lulus kuliah dan sering jadi sosok kakak di antara Uli dan Anharu.
"Anharu itu peka sekali dalam nada. Kalau misal kami latihan lalu kuncinya berubah, Anharu bisa cepat menyesuaikan bahkan tanpa ada kesalahan. Kalau Uli itu power-nya bagus. Kelihatan sekali kalau dia merasakan nada-nada yang dimainkan. Sedangkan Agil itu kalau baru dengar lagu sekali saja, dia langsung bisa memainkan itu di keyboardnya," kata Jonathan saat ditemui di kesempatan yang sama.
Sesi latihan selalu jadi cara ketiga sahabat itu untuk belajar menyampaikan maksud dan mengeksekusinya bersama. "Ada saat Uli sedang merasa emosional, dia akan bergulung-gulung di lantai untuk melepaskan amarahnya. Karena anak autistik ini juga bisa meluap-luap perasaannya tapi sulit untuk mengungkapkan," kata Sumartini.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begitu, latihan akan berhenti sejenak untuk memulihkan diri. Jonathan akan meminta Uli, Anharu, dan Agil untuk menarik napas dulu dan menenangkan hati.
"Memang unik mendampingi Uli, Anharu, dan Agil. Secara kemampuan mereka bagus-bagus, tapi ada juga saat mereka kesal karena mungkin salah nada, jadi emosi. Sebenarnya kekesalan mereka itu karena mereka takut orang lain jadi enggak sabar sama mereka. Karena itu kita selalu minta latihan yang tenang," kata Jonathan.
Jonathan (kaos merah) sedang melatih ketukan lagu 'Selamat Ulang Tahun' pada Uli.
Sumartini, ibu Uli, pun membenarkan pernyataan tersebut. Anak autistik memang hanya bisa menerima instruksi sederhana. Kalau ingin mereka tenang, pakai bahasa yang sederhana, jelas, dan tidak bersayap-sayap.
"Kalau kita ingin dia melakukan sesuatu ya dipandu sampai tuntas. Dengan begitu mereka membentuk pola kebiasaan, belajar punya tanggung jawab," kata Sumartini.
ADVERTISEMENT
Di antara Uli dan Anharu, Agil adalah anggota yang paling tua. Agil berumur 25 tahun, sedangkan Uli dan Anharu sama-sama 22 tahun. Bila Uli sedang gelisah, tak jarang Agil yang akan mendekap Uli dan menenangkannya.
"Saya pernah jadi seperti Uli. Sering gelisah, cepat emosi. Karena itu kalau Uli lagi teriak atau gulung-gulung, saya rangkul. Saya bilang, 'Uli jangan gitu. Uli bisa kok, ayo coba lagi yang tenang ya'," kata Agil yang sudah lulus kuliah dari jurusan Teologi di sebuah Universitas di Jakarta.