Langgar Dukur Kayu, Musala Berusia 126 Tahun di Surabaya

Konten Media Partner
11 Juli 2019 11:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di dalam Langgar Dukur Kayu Surabaya. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di dalam Langgar Dukur Kayu Surabaya. Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Kawasan Peneleh boleh dikata 'lumbung' peninggalan sejarah di Surabaya. Di Peneleh terdapat rumah lahir dan rumah kos Bung Karno, sumur Jobong Majapahit, hingga Langgar Dukur Kayu. Untuk yang terakhir ini dapat dijumpai di Lawang Seketeng Gang VI.
ADVERTISEMENT
Menurut Muhammad Ali, Ketua RT setempat, disebut Langgar Dukur Kayu karena letaknya yang berada di lantai dua. Langgar atau musala itu masih dipergunakan warga sekitar hingga sekarang.
"Masih aktif digunakan. Lantai satu digunakan sebagai balai pertemuan warga, sedangkan lantai 2 untuk salat. Keseluruhan bangunan musala terbuat dari kayu jati, makanya disebut Langgar Dukur Kayu," jelas Ali ketika dijumpai Basra, Rabu (10/7).
Musala yang diperkirakan berusia 126 tahun itu mempunyai bentuk yang sangat khas. Selain dinding yang terbuat dari kayu jati, bagian luar mimbar ditempeli potongan kayu sehingga dari luar terlihat menyerupai sisik ikan. Untuk menuju lantai 2 tempat dari mimbar tersebut, kita harus melewati tujuh anak tangga kayu.
Langgar Dukur Kayu sedang direnovasi.
Saat Basra mengunjungi musala tersebut, ada beberapa tukang yang sedang melakukan renovasi. Menurut Ali, musala tersebut sedang direnovasi oleh Pemkot Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Tidak merenovasi total karena memang tidak boleh merubah arsitektur bangunan. Hanya di kapur dan di cat saja sesuai cat aslinya," tukasnya.
Renovasi itu merupakan yang pertama kalinya dan dilakukan setelah ada kunjungan Wali Kota Tri Rismaharini.
"Akhir Mei lalu Bu Risma kan keliling kawasan Peneleh dan kesini. Setelah itu baru ada renovasi. Sekitar seminggu yang lalu renovasi mulai dilakukan," imbuhnya.
Beranjak ke lantai dua, Basra melihat cungkup yang unik pada mimbar imam.
Bentuknya segitiga mirip atap rumah. Ada ukiran di beberapa sudutnya. Mimbar itu terpasang di dinding, menggantung setinggi 2 meter.
Dari mimbar itulah, sejarah pendirian Langgar Dukur Kayu dapat diketahui. Tahun pendiriannya terpatri di tengah mimbar. Bertuliskan huruf Arab pegon dengan kalimat berbahasa Jawa: awitipun jumeneng puniko langgar tahun 1893 sasi setunggal. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia memiliki makna, pembangunan langgar dimulai pada Januari 1893.
ADVERTISEMENT
Dari cerita yang didapatkan Ali, musala tersebut masih ada kaitannya dengan Wali Songo.
"Dari cerita turun temurun katanya ada jejak Wali Songo. Tapi sekarang asal mula langgar itu masih diteliti," ujarnya.
Diakui Ali, sejak kunjungan Wali Kota Risma ke musala tersebut ada banyak orang yang juga berkunjung ke musala tersebut. Mereka, dikatakan Ali, cukup penasaran dengan keberadaan musala tua tersebut.
"Ada tim peneliti, ada sejarawan, ada pula anak-anak mahasiswa. Banyak pokoknya yang datang," pungkasnya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)