Leo Gemati, Perajin Batik yang Melatih Anak Disabilitas Memotret dan Membatik

Konten Media Partner
20 November 2021 17:12 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Leo Gemati (kanan) saat memberikan materi batik shibori kepada salah satu anak disabilitas penghuni Liponsos Kalijudan Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Leo Gemati (kanan) saat memberikan materi batik shibori kepada salah satu anak disabilitas penghuni Liponsos Kalijudan Surabaya. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak se Dunia. Setiap anak berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tak terkecuali penyandang disabilitas. Ingin memberdayakan anak-anak disabilitas penghuni Liponsos Kalijudan Surabaya, seorang seniman batik Leo Arief Budiman mendedikasikan diri memberikan bekal keterampilan membatik.
ADVERTISEMENT
Sejak 2016 pria yang kerap disapa dengan nama Leo Gemati itu telah memberikan keterampilan membatik kepada anak-anak disabilitas penghuni Liponsos Kalijudan Surabaya.
"Awalnya saya ketemu mereka di pameran lukisan. Saya lihat karya lukis mereka bagus-bagus, saya jadi tertarik untuk memberikan keterampilan membatik buat mereka," ujar Leo kepada Basra, Sabtu (20/11).
Dari 50 anak penghuni Liponsos Kalijudan, 8 anak disabilitas yang mengikuti keterampilan membatik yang diberikan Leo seminggu sekali. Dikatakan Leo jika yang mengikuti kelas membatik adalah anak-anak yang berminat dan memiliki kemampuan membatik.
"Ada yang minat tapi dia tidak mampu jadi cuma lihat saja," imbuhnya.
Menyadari keterbatasan fisik anak-anak tersebut, materi batik yang diberikan Leo tidaklah rumit seperti membatik kebanyakan. Leo memberikan materi sesuai kemampuan anak-anak penghuni Liponsos Kalijudan, misalnya membuat batik shibori.
ADVERTISEMENT
Shibori sendiri adalah teknik pewarnaan kain asal Jepang dengan cara diikat dan dicelup dalam larutan pewarna. Dibandingkan batik celup khas Indonesia, proses pengerjaan shibori lebih sederhana karena hanya menggunakan larutan pewarna dan kemampuan melipat, melilit, ataupun mengikat kain.
Selain membatik, lewat tagline disabilitas berkarya Leo juga memberikan materi fotografi. Materi diberikan dengan menggandeng sejumlah fotografer kenamaan di Surabaya.
"Kalau materi batik memang disokong oleh pihak Liponsos (Kalijudan). Tapi kalau materi fotografi merupakan inisiatif dari kami, ya supaya anak-anak tidak bosan. Hasilnya juga bagus-bagus lho," jelas Leo.
Melihat karya fotografi yang luar biasa dari anak didiknya, Leo bersama teman-temannya bahkan berencana membuat buku foto. Buku tersebut berisi kumpulan foto-foto hasil karya anak-anak disabilitas penghuni Liponsos Kalijudan.
ADVERTISEMENT
"Kita pernah bikin pameran batik karya anak-anak ini dan sambutan masyarakat sangat luar biasa. Karya batik mereka banyak diminati. Nah, bulan depan kami berencana bikin buku foto karya mereka," papar pria pemilik brand batik Leo Gemati ini.
Meski memberikan bekal keterampilan secara sukarela, namun Leo dan teman-temannya tak pernah mengeluh. Leo berharap nantinya bekal keterampilan tersebut dapat membantu anak-anak hidup mandiri.
"Mereka kan tanya dak selamanya tinggal disini. Kalau nanti mereka kembali ke masyarakat dan tidak punya bekal keterampilan, bagaimana bisa bertahan? Itu yang kami pikirkan," tukas Leo.
Dikatakan Leo jika Liponsos Kalijudan saat ini menampung 50 anak disabilitas. 70 persen di antaranya merupakan anak-anak yatim piatu yang tak memiliki keluarga.
ADVERTISEMENT