Lestarikan Bahasa Suroboyoan Lewat Sandiwara Radio

Konten Media Partner
20 Maret 2019 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto : Masruroh
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Masruroh
ADVERTISEMENT
Di era digital seperti sekarang ini, penggunaan bahasa Suroboyo sebagai bahasa sehari-hari di kalangan milenial kian berkurang. Bahkan bisa disebut bahasa Suroboyo kalah pamor dengan bahasa asing yang dianggap lebih punya gengsi.
ADVERTISEMENT
Tak ingin bahasa Suroboyo hanya tinggal kenangan di kalangan milenial, Leny Maulana berusaha mempertahankan keberadaan sandiwara radio berbahasa Suroboyo.
Sutradara sekaligus penulis naskah sandiwara radio bahasa Suroboyo di Radio Republik Indonesia (RRI,red) itu punya trik tersendiri agar sandiwara radio yang telah mengudara selama puluhan tahun itu punya tempat di kalangan milenial.
''Akhirnya saya kombinasikan dengan bahasa Indonesia, tapi tetap bahasa Suroboyo dengan proporsi utama. Agar anak-anak muda bisa lebih mudah menerima sandiwara radio ini. Selain itu mereka juga bisa belajar bahasa Suroboyoan,'' ujarnya kepada Basra, Rabu (20/3).
Dengan durasi kurang lebih 30 menit, sandiwara radio yang mengudara setiap Selasa malam itu, menyuguhkan cerita sederhana tentang kehidupan sehari-hari. Tak lupa Leny juga menyelipkan pesan-pesan moral di dalam setiap cerita.
Foto : Masruroh
''Setiap cerita yang disuguhkan pasti ada pesan-pesan moral kepada remaja, misalnya tentang bahaya narkoba. Dibuat ringan tapi sarat makna,'' tegasnya.
ADVERTISEMENT
Trik lainnya agar kalangan milenial menyempatkan waktu untuk mendengarkan sandiwara radio tersebut, Leny menghadirkan kolaborasi antara pemain muda dan mereka yang terbilang telah berumur.
''Satu episode dalam sandiwara radio ini ada 5 penyaji, kolaborasi pemain muda dan tua, jadi suasana lebih hidup. Bahkan saya juga pernah melibatkan anak pedagang kaki lima dalam sandiwara ini dan dia sangat antusias memainkan perannya,'' jelas wanita berhijab ini.
Salah satu pemain muda yang terlibat dalam sandiwara radio itu terdapat nama Harris Rizki, pemuda yang kesehariannya berprofesi sebagai pendongeng.
Dijumpai dalam kesempatan yang sama, Harris mengaku cukup kesulitan jika memainkan peran dengan dialek Suroboyoan. Maklum dalam kesehariannya Harris lebih banyak berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
''Kalau mendongeng kan biasa pakai bahasa Indonesia, tapi pas main sandiwara ini saya harus ngomong Suroboyoan, agak sulit tapi cukup seru. Disini saya juga bisa belajar bahasa Suroboyo kepada pemain-pemain senior,'' tukasnya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)