Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Berdasarkan data terbaru yang dilaporkan WHO, UNESCO, UNICEF menyebutkan, bahwa separuh dari total populasi anak di dunia atau sekitar satu miliar anak mengalami kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikologis, cedera, menjadi disabilitas dan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam Laporan Status Global tentang Pencegahan Kekerasan terhadap Anak Tahun 2020 terungkap sekitat 88 persen atau hampir semua negara di dunia telah memiliki undang-undang perlindungan anak dari kekerasan. Namun hanya 47 persen negara yang mengatakan penegakan hukum telah dijalankan.
Berlatar belakang hal itu, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat sebuah inovasi berupa 3D modeled game untuk meningkatkan kesadaran anak sekolah dasar (SD) akan pentingnya edukasi seksual.
Permainan bernama Sex Education Game (XEGA) ini merupakan karya Aqilla Suci Fattimatuz, Muhammad Adrian Fadhilah, Rendy Ichsan Hanif, Rizki Amrizal, dan Hammam Dyahurrahman.
Kelima mahasiswa dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS ini mengembangkan permainan mereka dengan memanfaatkan Microsoft Kodu Game Lab sebagai basis pengembangannya.
ADVERTISEMENT
Aqilla Suci, salah satu anggota tim menjelaskan, alasan mereka memilih mengembangkan permainan dengan model tiga dimensi (3D) adalah karena selama ini media yang menyediakan layanan serupa, umumnya dari segi grafis masih menggunakan model dua dimensi dan sangat text oriented.
Menariknya, permainan ini juga gratis dan bisa diakses oleh siapa saja. “Dari survey yang kita lakukan, 68 persen dari seluruh responden percaya bahwa game lebih dipilih oleh anak-anak daripada video atau teks,” jelas Aqilla, Kamis (18/3).
Untuk memainkannya, hanya diperlukan laptop atau komputer serta Microsoft Kodu Game Lab yang ter-install di dalamnya. “Di XEGA nanti, cerita dimulai di sebuah kota bernama Majapahit,” ujar Aqilla.
Di awal permainan, pemain akan mendapatkan nama karakter mereka, yakni Kartono atau Kartini, yang disesuai dengan jenis kelamin pemain.
ADVERTISEMENT
Agar bisa memenangkan permainan, pemain harus menyelesaikan tiga misi utama yang tesedia. Di misi pertama, pemain akan diminta untuk mengenali diri mereka dan diuji apakah mereka bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Setelah berhasil di misi pertama, pemain harus berpindah ke salah satu lokasi ramai di Kota Majapahit. Di sini, pemain dipertemukan beberapa orang tak dikenal yang berusaha untuk memegang daerah privasi karakter pemain.
Jika hal tersebut terjadi, karakter pemain harus berteriak meminta tolong ke keramaian agar dapat lolos ke misi berikutnya. “Di misi terakhir, pemain diminta untuk menyelesaikan sebuah maze dengan tujuan melarikan diri dari orang jahat,” ungkapnya.
Dengan adanya inovasi tersebut, Aqilla dan tim berharap XEGA dapat dimainkan khalayak luas khususnya anak-anak bersama orang tua mereka agar lebih sadar akan pentingnya edukasi seksual.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, satu-satunya batasan yang membuat mimpi kami belum menjadi nyata, karena belum semua anak memiliki akses ke teknologi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan XEGA,” pungkasnya.
Berkat inovasi XEGA, Tim Bramunastya berhasil meraih medali emas dalm ajang kompetisi paper internasional ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021 yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada 18 – 22 Februari lalu setelah mengalahkan hampir 450 tim dari 20 negara lainnya.