Mahasiswa KKN Untag Surabaya Bantu Pasarkan Keripik Mbote Sampai ke Hong Kong

Konten Media Partner
9 Desember 2021 20:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa KKN Untag Surabaya Bantu Pasarkan Keripik Mbote Sampai ke Hong Kong
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mbote alias talas merupakan umbi-umbian banyak tumbuh di Desa Plunturan, kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Melihat potensi pangan lokal yang melimpah ini, para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ingin mengolah tunas talas agar memiliki nilai jual.
ADVERTISEMENT
Di tangan Ibu Ida Royani, camilan keripik mbote ini masih langgeng hingga hari ini. Bahkan, dapat menghidupi keluarga Ibu Ida Royani. Hari ini, lewat program Hibah Wiradesa Untag Kemenristekdikti 2021, para mahasiswa kembali melakukan pendampingan dalam memasarkan produk berbahan dasar talas tersebut.
Secara tidak langsung, keripik mbote atau yang disebut keripik enthik oleh warga, menjadi ikon makanan ringan khas Desa Plunturan. Desa Plunturan yang mendeklarasikan diri sebagai desa wisata sejak 2019 lalu belum memiliki ekosistem UMKM yang dapat mendukung program Dolan Plunturan. Padahal khas yang mereka miliki terbilang cukup menjanjikan.
Hal yang sama diungkapkan oleh Gubernur BEM FISIP, Yulian Amiftahkhul Ibra, “Saat kami datang kesini (Plunturan), kami melakukan social mapping untuk memetakkan potensi SDA/SDM Desa Plunturan. Alhamdulilah kami memilih tiga potensi UMKM prioritas yang bisa mendukung program ini. Kami bawa ke program wiradesa kemendikbudristek 2021 dan menjadi salah satu pemenang dari 1500 proposal mahasiswa dari seluruh Indonesia, kami bertekad membantu ekosistem UMKM yang ada disini.”
Ada tiga UMKM prioritas yang dipilih oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, UMKM Keripik Enthik dari Ibu Ida Royani ini yang memiliki beberapa masalah terkait dengan alat produksi, perizinan, pemasaran hingga strategi branding untuk menunjang UMKM-nya.
Dulu, saat diberikan pelatihan oleh Mahasiswa KKN beliau hanya diajarkan untuk produksi dan pengemasan ringan karena mengingat waktu KKN yang terbatas hanya dua minggu saja.
Dengan adanya program wiradesa, tim berusaha membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh Ibu Ida Royani ini. Untuk mendukung pelatihan ini, tim wiradesa BEM FISIP melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta untuk mengkomplekskan pelatihan ini.
“Kami ubah logo brand, membantu alat produksi hingga pemberian strategi pemasaran bagi Ibu Ida dan 17 pelaku UMKM lainnya di Desa Plunturan ini. Tentunya, kami menggandeng Disperindag Ponorogo, Dinkes Ponorogo, Shopee dan Gapura digital pula untuk semakin memberikan pengarahan langsung pada pelaku UMKM disini.” Ujar Aqshal Ghafara, Ketua Tim Wiradesa BEM FISIP.
Menariknya, setelah adanya program wiradesa ini Ibu Ida dapat berinteraksi di media sosial untuk mempromosikan produknya dan berhasil dikirim ke Hongkong pada akhir November lalu serta dapat dijual swalayan di Kecamatan Pulung, Ponorogo.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masalah inovasi rasa dan packaging diberikan standarisasi juga oleh tim wiradesa supaya dapat diterima oleh pasar. Sekarang Ibu Ida dan 5 UMKM pangan di Desa Plunturan sedang mengurus izin P-IRT untuk produk mereka.
Pelatihan dan pendampingan yang sama diberikan oleh tim wiradesa BEM FISIP UNTAG Surabaya kepada 20 UMKM di Desa Plunturan, Ponorogo. “Alhamdulilah, menurut pengakuan pelaku UMKM kuantitas penjualan mereka meningkat setelah adanya program ini.” Lugas Aqshal Gahafara.