Mahasiswa Unair Bikin 3 Cara Maksimalkan Pendidikan di Masa Pandemi Tanpa Jenuh

Konten Media Partner
11 Desember 2020 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simulasi pembelajaran tatap muka. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Simulasi pembelajaran tatap muka. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Saat ini, pembelajaran tatap muka di beberapa wilayah di Indonesia tengah berlangsung. Tak terkecuali Kota Surabaya yang tengah melakukan simulasi sekolah tatap muka untuk jenjang SMP.
ADVERTISEMENT
Beberapa aturan baru pun diterapkan untuk mencegah adanya penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. Mulai dari penerapan protokol kesehatan secara ketat, terpangkasnya jam sekolah, hingga pembatasan jumlah siswa yang masuk.
Menilik hal itu, tiga mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menggagas tentang pengoptimalan kebijakan sistem belajar secara offline di era new normal.
Tiga mahasiswa dari Fakultas Psikologi Unair tersebut adalah Ni Luh Ayu W.S.K, Elda Artamevia, dan Belinda Fidi Madani.
Salah satu perwakilan tim Elda Artamevia mengatakan, terpangkasnya jam pembelajaran yang hanya berdurasi dua jam dan hilangnya waktu istirahat dalam pembelajaran tatap muka saat pandemi menyebabkan kurangnya interaksi antara siswa dengan sekeliling.
Diamana hal tersebut dapat mengurangi kemampuan siswa dalam ekplorasi emosi dan pengembarangan moral.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memperbolehkan sekolah di zona kuning dan hijau untuk mengadakan pembelajaran tatap muka. Dengan berbasis pengembangan dari psikologi pendidikan, kami ingin membantu untuk mengoptimalkan kebijakan itu,” kata Elda, Jumat (11/12).
Untuk mewujudkan hal itu, Elda dan tim membuat tiga gagasan baru untuk mencapai pembelajaran efektif dengan tetap memerhatikan aspek sosioemosional dan protokol kesehatan di era new normal.
Simulasi pembelajaran tatap muka. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
Tiga gagasan itu adalah penyampaian mata pelajaran dengan mastery learning model, ice breaking, dan educative playing.
Elda menjelaskan, mastery learning model adalah sistem pembelajaran dimana guru memulai kelas dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu.
Kemudian, guru menyampaikan materi dengan cara formative assesment untuk melakukan identifikasi dan perbaikan terhadap kemampuan siswa.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, tahapan feedback dan melakukan koreksi kepada siswa juga penting dilakukan. Tahapan terakhir, guru dapat memberikan enrichment atau pengayaan dengan memberikan tugas secara daring kepada siswa,” jelasnya.
Lebih lanjut, Elda menuturkan bahwa ice breaking merupakan salah satu elemen penting untuk menghidupkan suasana kelas dan meningkatkan engagement.
"Misalnya dengan memberikan permainan ice breaking yang bersifat fun namun tetap memperhatikan physical distancing, seperti Bos Berkata, Tiga Enam Sembilan, Menyebut Objek, dan lain-lain," tambahnya.
Terakhir yakni educative playing yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak-anak dan menggantikan jam istirahat sebagai waktu interaksi antar siswa.
Berkat tiga gagasan tersebut, Elda dan tim berhasil meraih Best Innovation dalam National E-Presentation Competition (NEPC).