Mahasiswa Unusa Ungkap Sisi Lain Kehidupan di Prancis Lewat It's Not Just Eiffel

Konten Media Partner
23 Januari 2021 15:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar, Mahasiswa FK Unusa membuat buku 'It's Not Just Eiffel'. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar, Mahasiswa FK Unusa membuat buku 'It's Not Just Eiffel'. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Mahasiswa dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membuat buku 'It's Not Just Eiffel' yang mengupas tentang kehidupan di Prancis yang tidak hanya mengenai wisata menara Eiffel.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa bernama Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar membuat buku ini setelah mengikuti kompetisi akademik mahasiswa yang membuat dirinya mengetahui kehidupan di Prancis.
Qoimam menjelaskan dalam buku tersebut menceritakan kehidupan di Prancis yang lebih cenderung modern. Prancis merupakan negara multikultural, khususnya di ibu kota Paris yang merupakan salah satu kiblat fashion dunia.
"Dimana dalam buku itu menceritakan kehidupan di Prancis mulai dari toleransi beragama di tempat tersebut sangat besar," ujar Qoimam, kepada Basra, Sabtu (23/1).
Qoimam lantas mengisahkan jika di Paris, agama minoritas muslim sangat dihargai. Dimana ada banyak tempat makan yang menyajikan makanan halal bagi masyarakat muslim tersebut.
"Negara ini cukup menghargai waktu ibadah salat yang akan dilakukan masyarakat muslim," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Prancis sendiri salah satu negara di Eropa barat yang memiliki muslim terbesar sehingga memiliki multirasial dan multikultural yang sangat dihargai. Dimana kehidupan muslim di sana, kata Qoimam, sangat menghargai agama manapun.
Pemuda kelahiran 25 Desember 1996 ini
menjelaskan dalam buku yang ditulis itu tidak hanya membahas tentang nilai toleransi namun juga tentang kemajuan sains dan teknologi, hingga kekayaan histori serta budaya yang melegenda.
"Dalam buku itu menceritakan perjalanan saya selama berada di Prancis," tukasnya.
Pengerjaan buku tersebut diselesaikan dalam setahun. Hal ini dilakukan sambil dirinya menjalani koass di rumah sakit (RS).
"Karena pandemi COVID-19 ini dialihkan ke online sehingga tiap hari berada di rumah jadi saya manfaatkan buat menulis perjalanan saya ini," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Pria yang saat ini semester 3 program profesi dokter menjelaskan jika sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) dirinya gemar menulis. Sehingga ketika ada kesempatan ke Prancis membuatnya terpacu buat menulis buku tersebut.
"Melalui buku ini saya bisa menyalurkan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca muda dengan pembawaan buku lebih ringan untuk dibaca oleh anak muda," jelasnya.
Qoimam menuturkan jika masyarakat ingin membeli buku 'It’s not just Eiffel' bisa dibeli melalui aplikasi belanja online.