news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Memahami Makna di Balik Ogoh-ogoh Jelang Nyepi

Konten Media Partner
22 Maret 2023 6:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ogoh-ogoh yang diarak jelang Nyepi. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Ogoh-ogoh yang diarak jelang Nyepi. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Hari ini Rabu (22/3)) umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Dalam perayaan tersebut ada satu ciri khas yaitu kehadiran Ogoh-Ogoh, patung raksasa yang diarak keliling saat menjelang Hari Raya Nyepi. Melandainya kasus COVID-19 membuat kegiatan pawai ogoh-ogoh kembali digelar satu hari menjelang puncak peringatan Hari Raya Nyepi.
ADVERTISEMENT
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Surabaya, Ketut Gotra Astika mengatakan, ogoh-ogoh merupakan simbol keburukan sifat manusia serta hal negatif alam semesta. Ogoh-ogoh diarak keliling oleh masyarakat dengan diiringi bleganjur, alat musik gamelan Bali.
"Ogoh-ogoh yang diarak tersebut adalah lambang dari roh jahat," ujar Ketut saat ditemui Basra, usai pawai ogoh-ogoh di Pura Segara Kenjeran Surabaya, Selasa (21/3) malam.
Ketut menuturkan, setelah diarak, ogoh-ogoh kemudian dibakar. Tujuannya adalah untuk mengusir roh-roh jahat sebelum Hari Raya Nyepi.
"Setelah diarak, ogoh-ogoh dibakar. Itu memiliki makna kita mengembalikan roh-roh jahat yang menyertai ogoh-ogoh ke alamnya," ungkapnya.
Meski menjadi ciri khas dalam setiap perayaan Hari Raya Nyepi, namun Ketut menegaskan jika pawai ogoh-ogoh bukanlah menjadi hal yang wajib ada.
ADVERTISEMENT
"Enggak wajib ada, pawai ogoh-ogoh itu bagian dari budaya ya, sebagai pelengkap perayaan Nyepi. Kalau misalnya enggak ada juga enggak apa-apa. Seperti pandemi kemarin itu tidak ada pawai ogoh-ogoh," tukasnya.
Ogoh-ogoh sendiri berasal dari kata ogah-ogah yang merupakan bahasa Bali dengan makna sesuatu yang digoyang-goyangkan. Sehingga saat diarak, ogoh-ogoh beberapa kali digoyang oleh mereka yang mengangkatnya.
Dalam ajaran Hindu Dharma, ogoh-ogoh berwujud raksasa sebagai penggambaran Bhuta Kala. Namun bentuk ogoh-ogoh juga tidak selalu menyeramkan, ada yang digambarkan makhluk yang hidup di Mayapada, Surga, dan Neraka, seperti naga, gajah, dan widyadari. Bahkan, ada yang dibuat berbentuk orang-orang terkenal.
Setelah diarak, ogoh-ogoh akan dimusnahkan dengan cara dibakar dalam prosesi tawur agung kesanga sebelum umat Hindu melakukan tapa brata. Tapa brata atau penyepian dilakukan tepat saat puncak perayaan.
ADVERTISEMENT