Membangun Kembali Kesehatan Mental Anak yang Menjadi Korban Bullying

Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Kota Surabaya Syaiful Bachri. Foto: Masruroh/Basra

Perundungan atau bullying pada anak merupakan masalah yang hingga kini masih belum bisa terselesaikan dan memiliki konsekuensi yang cukup mengkhawatirkan bagi kehidupan anak. Perlu penanganan khusus agar dampak bullying tersebut tak sampai terbawa hingga anak tumbuh dewasa.

"Penanganannya khusus dan prosesnya tidak bisa sebentar tergantung bagaimana kondisi anak," ujar Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Kota Surabaya Syaiful Bachri, kepada Basra, Kamis (6/11).

Syaiful melanjutkan, jika anak menjadi korban bullying, maka dengarkan dengan tenang dan berikan rasa aman serta dukungan.

"Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak itu merasa nyaman dan aman. Karena dampak dari bullying itu bisa membuat anak mengalami trauma psikologis," terang Syaiful.

Orang tua perlu menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman agar anak merasa bisa terbuka dan menceritakan pengalaman mereka. Rumah harus menjadi tempat pertama di mana anak merasa didengar dan dilindungi.

"Jadi support keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan trauma anak korban bullying," tegasnya.

Menurut Syaiful, anak seringkali menutup diri atau enggan bercerita jika sudah jadi korban bullying. Di sinilah diperlukan kepekaan orang tua terhadap perubahan perilaku anak.

"Anak-anak sering kali enggan memberi tahu orang tua tentang bullying yang dialami, salah satunya karena merasa takut. Jadi sebagai orang tua harus peka terhadap perilaku anak," tukasnya.

Syaiful kembali menegaskan, bullying bisa meninggalkan trauma mendalam dan mempengaruhi korban sejak usia anak hingga dewasa. Pemulihan sangat diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah dukungan dari orang dewasa di sekitar korban.