Konten Media Partner

Mencoba Menu Imlek 'Kepala Singa' yang Filosofis

3 Februari 2021 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chef Arya saat menyuguhkan kuliner Imlek, Buddha's Delight dan Lion's Head Meatball. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Chef Arya saat menyuguhkan kuliner Imlek, Buddha's Delight dan Lion's Head Meatball. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Yu Seng, hidangan ayam, maupun bebek sering disajikan pada saat tahun baru Imlek. Namun masyarakat Tionghoa sejatinya juga memiliki ragam menu lain yang dinikmati saat Imlek, misalnya Lion's Head Meatball atau Kepala Singa.
ADVERTISEMENT
Menurut Culinary Art Chef Lecturer Ottimmo Internasional Arya Putra, menu Lion's Head biasa dinikmati masyarakat Tionghoa di kawasan Utara.
"Menu itu (Lion's Head) merupakan hidangan klasik dalam masakan Huaiyang, salah satu dari empat masakan utama di Tiongkok, yang mewakili tradisi kuliner Tiongkok Timur dan terutama provinsi Jiangsu. Kalau disini, menu ini masih bisa dijumpai di restoran asli China," jelasnya kepada Basra, Rabu (3/2).
Lion’s Head Meatball, lanjut Chef Arya, adalah bakso kepala ikan (shīzitóu)
yang berukuran sedang dan disajikan dengan sayuran. Nama Lion’s Head diambil dari bentuknya yang menyerupai kepala singa penjaga Tiongkok atau anjing Foo.
"Lion's Head ini harus pakai daging ya, tidak bisa diganti dengan ikan," imbuhnya.
Setiap kuliner khas negeri Tiongkok selalu memiliki filosofi, begitu pula Lion's Head ini. Menurut Chef Arya, menu Lion's Head Meatball yang berbentuk bulat-bulat mengandung makna reuni atau berkumpul.
ADVERTISEMENT
"Kenapa bentuknya bulat-bulat? Karena itu melambangkan reuni, sedangkan jumlah meatball itu sendiri juga ada maknanya. Biasanya jumlahnya 6, 8, atau 9. Angka-angka ini dipercaya masyarakat Tionghoa sebagai pembawa keberuntungan," paparnya lagi.
Adapun sayuran yang disuguhkan bersama meatball, lanjutnya, sebagai perwujudan dari surai-surai kepala singa.
Menu selanjutnya yang ditawarkan Chef Arya untuk dinikmati saat Imlek adalah Buddha’s Delight. Seperti namanya, hidangan tradisional ini dinikmati oleh biksu atau umat Buddha, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, masakan ini semakin popular dan menjadi hidangan umum yang tersedia di restoran Cina.
"Pada zaman dahulu, hidangan ini disajikan oleh setiap keluarga Tionghoa untuk merayakan Tahun Baru Imlek dengan mengikut ajaran sang Buddha bahwa seseorang harus mempertahankan pola makan vegetarian dalam lima hari pertama tahun baru sebagai bentuk dari pemurnian diri," paparnya lagi.
ADVERTISEMENT
Namun dikatakan Chef Arya, karena tergolong menu vegetarian maka Buddha's Delight kurang populer di kalangan masyarakat Indonesia.
"Kalau Lion's Head disini masih bisa dijumpai di restoran asli China, tapi Buddha's Delight enggak ya. Menu ini kurang populer karena vegetarian," tukasnya.
Menu Buddha's Delight terdiri dari berbagai sayuran dan bahan vegetarian lainnya, terkadang dengan tambahan seafood atau telur. Bahan-bahan tersebut dimasak dengan cairan berbahan dasar kecap dengan bumbu lain hingga empuk.