Mengenal Swamedikasi dan Risikonya pada Anak

Konten Media Partner
2 September 2022 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak demam. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak demam. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, sebanyak 71,46% masyarakat Indonesia memilih untuk melakukan swamedikasi ketimbang berkonsultasi ke dokter dan angka ini pun terus meningkat sejak tahun 2017. Perilaku swamedikasi cenderung disebabkan oleh tingkat kecemasan orang tua yang tinggi mengenai kesehatan anak.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, tingkat kecemasan orang tua terhadap kesehatan anak juga tercermin dari adanya traffic tinggi pada artikel dan informasi kesehatan terkait kesehatan anak dan keluarga di platform Halodoc, dengan lebih dari 2 juta users per bulan mengakses artikel dengan topik tersebut. Selain itu, rating rata-rata keyword bertopik keluarga ibu dan anak ada di 4.5, dengan artikel yang paling dicari adalah terkait informasi praktis seperti tips mengatasi demam pada anak, informasi gejala tertentu, dan pola asuh anak.
Berdasarkan Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2006, swamedikasi adalah upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Selain itu, swamedikasi menurut World Health Organization didefinisikan sebagai upaya untuk menggunakan atau memperoleh obat tanpa diagnosa, saran dokter, resep, pengawasan terapi ataupun penggunaan obat untuk mengobati diri sendiri tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan.
dr. Devie Kristiani, Sp.A, Dokter Spesialis Anak, menjelaskan lebih jauh mengenai risiko swamedikasi yang tidak dilakukan dengan baik dan benar.
ADVERTISEMENT
“Pada umumnya, tingkat kecemasan orang tua ketika anak sakit itu tinggi, sehingga orang tua ingin secepatnya memberikan obat kepada si kecil. Tentu kita pahami bahwa itu adalah refleksi dari kasih sayang orang tua yang sedemikian besar untuk anaknya. Namun perlu diingat bahwa 'anak bukan miniatur orang dewasa' sehingga obat-obat yang aman diberikan kepada orang dewasa belum tentu aman untuk anak-anak," jelasnya dalam webinar kampanye #PerlindunganKeluargaSehat yang digelar Lifebuoy, Jumat (2/9).
"Selain itu, dosis pada anak harus dihitung sesuai usia dan berat badan anak, sehingga alangkah baiknya, bila orang tua berkonsultasi terlebih dahulu sebelum memberikan obat kepada si kecil," sambungnya.
Kampanye #PerlindunganKeluargaSehat merupakan layanan konsultasi dokter gratis di seluruh Indonesia hingga 2023 kolaborasi Lifebuoy dengan Halodoc. Kolaborasi ini memberikan kemudahan bagi orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter tepercaya dan mendapatkan penanganan kesehatan yang tepat bagi anak.
ADVERTISEMENT
"Kami memahami bahwa perlu ada usaha edukasi yang berkelanjutan dalam mengimbau masyarakat Indonesia untuk membiasakan diri berkonsultasi ke dokter. Itulah yang mendasari inisiatif kolaborasi dengan Halodoc dalam kampanye #PerlindunganKeluargaSehat," ujar Erfan Hidayat, Head of Skin Cleansing Unilever Indonesia.