Mudik Dilarang, Supir Bus: Buat Beli Solar Saja Nggak Bisa

Konten Media Partner
11 Mei 2021 13:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Kenyataan pahit harus dialami Sodikin. Pria yang setiap harinya bekerja sebagai supir bus antarkota dalam provinsi ini terpaksa tidak bisa menemui anak istrinya yang berada di Jember karena tidak adanya pemasukan.
ADVERTISEMENT
Di Hari Raya Idul Fitri yang seharusnya ia mendapatkan banyak penumpang, namun kali ini Sodikin harus gigit jari lantaran adanya larangan mudik yang diberlakukan pemerintah sejak tanggal 6-17 Mei 2021 mendatang. Hal ini dilakukan guna menekan angka penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Kepada Basra, ia mengaku jika lebaran kali ini lebih parah dari lebaran tahun lalu yang juga berlangsung saat pandemi.
"Nggak karuan, hancur lebur. Sangat parah. Lebih parah sekarang daripada tahun lalu. Dulu masih bisa Rp 50-Rp100 ribu. Sekarang buat beli solar saja nggak bisa," ucap pria 45 tahun ini.
Meski dirinya sudah mendapatkan izin untuk beroperasi, namun tidak adanya penumpang membuat dirinya tidak bisa membawa pulang uang.
"Kita sudah mempunyai stiker ya kewajiban jalan. Ya kita nurut aja. Kemarin parkir 3 jam dapat 6 penumpang. Ini sekarang masih nunggu penumpang lagi," tuturnya.
Selain Sodikin, adapula Mujiono, tukang ojek yang biasa mangkal di Terminal Purabaya ini juga bernasib sama.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, sebelum adanya penyekatan suasana di Terminal Purabaya memang sudah sepi. Bahkan sudah tiga hari ia juga tidak mendapatkan penumpang.
"Nggak bisa bawa pulang uang, udah 3 hari ini. Memang sepi ya, mau gimana lagi. Kalau nggak nggojek makan-nya dari mana," tuturnya.
Meski demikian, ia tetap sabar dan bersyukur atas keadaan yang terjadi. Bahkan ia percaya jika rezeki dari Tuhan pasti ada.
"Ya harus sabarlah. Kalau dapat 1-2 orang ya alhamdulillah. Kadang nggak dapat. Pokok berusaha, insyaallah ada jalan. Dari pada berbuat yang nggak benar," ucapnya.
Mujiono mengaku, sebelum adanya pandemi ia bisa mengantongi uang sekitar Rp 200 - Rp 400 ribu setiap harinya. Namun saat pandemi merebak dalam sehari ia hanya bisa membawa pulang uang sekitar Rp 20 - Rp 30 ribu saja.
ADVERTISEMENT
"Sekarang dapat Rp 30 ribu aja alhamdulillah. Pokok buat makan ada ya alhamdulillah," ungkapnya.
Ia pun berharap, pemerintah bisa lebih memperhatikan rakyat kecil seperti dirinya. Terutama di masa pandemi saat ini.
"Kalau bisa rakyat kecil ini diperhatikan. Protokol kesehatan juga kami turuti. Wes melok ae lah, orang kecil seperti ini mau berbuat apa," pungkasnya.