Penjelsan Ahli Gizi Tentang Konsumsi Susu dan Vitamin C untuk Sembuhkan COVID-19

Konten Media Partner
9 Juli 2021 14:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Susu. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Susu. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia, membuat masyarakat kembali panic buying seperti saat awal pandemi tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Bahkan baru-baru ini, beredar video di media sosial masyarakat menyerbu salah satu pusat perbelanjaan dan melakukan panic buying terhadap salah satu brand susu yang konon katanya dapat menyembuhkan COVID-19.
Bahkan produk tersebut, dan beberapa produk vitamin C di pasaran pun kembali langka.
Menanggapi hal itu, Stefania Widya Setyaningtyas, S.Gz, MPH. seorang ahli gizi mengatakan bahwa susu merupakan salah satu bahan makanan sumber protein, kalsium, dan vitamin D. Tetapi susu bukanlah satu-satunya sumber yang dapat memenuhi zat gizi tersebut.
“Ketika Anda tidak bisa minum susu atau tidak tersedia susu untuk memenuhi zat gizi, dapat diganti dengan sumber lain misal tahu, tempe, daging, kacang-kacangan,” kata Stefania, Jumat (9/7).
Seperti diketahui bahwa susu memiliki berbagai jenis seperti UHT, pasteurisasi, dan steril. Ketiganya memiliki perbedaan pada proses pemanasan yang dilakukan dan masa simpannya.
ADVERTISEMENT
Di mana susu UHT dipanaskan dengan suhu sangat tinggi dan waktu yang cepat. Untuk susu pasteurisasi dipanaskan dengan suhu kurang lebih 70 derajat celcius, dan susu steril dipanaskan dengan suhu kurang lebih 100 derajat celcius. Biasanya masa penyimpanan susu steril lebih lama dibanding lainnya.
Stefania menegaskan, bahwa susu tidak dapat meningkatkan imun tubuh. “Sistem imun tubuh kita sudah punya template kerja, yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan sistem imun tetapi tidak bisa ditingkatkan,” tegasnya.
Pixabay.
Dosen dari Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair ini menuturkan, jika vitamin C memang terbukti dapat mengurangi gejala penyakit influenza.
“Vitamin C punya kapasitas sebagai antioksidan yang dapat membantu meringankan peradangan dengan membuang sisa-sisa perlawanan sel imun tubuh. Konsumsi vitamin C dosis tinggi ketika menderita infeksi dapat menguntungkan, tapi jika tidak dalam kondisi infeksi sebenarnya sebanyak apapun vitamin C yang dikonsumsi tidak akan berdampak apa-apa. Sebenarnya tubuh sudah punya mekanisme regulasi untuk menjaga kadar vitamin C dalam darah,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, jika orang Indonesia membutuhkan vitamin C sekitar 75 mg pada perempuan dewasa dan 90 mg pada laki-laki dewasa.
Di mana vitamin C didapatkan dengan cara yang mudah dari bahan-bahan yang tersedia di alam salah satunya buah-buahan. Selain itu sayuran juga memiliki kandungan vitamin C bagi tubuh.
“Vitamin C dapat kita dapatkan dengan konsumsi 1 buah sedang jambu biji atau jambu monyet, 1 buah sedang pisang, setengah iris buah pepaya, dan 1 buah sedang mangga. Nah kalau kelebihan vitamin C maka akan dieliminasi oleh tubuh," tutupnya.