Penularan dari OTG Tinggi, Ada 185 Ribu Orang Tanpa Gejala COVID-19 di Surabaya

Konten Media Partner
14 Juli 2020 7:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Protokol kesehatan di sejumlah kawasan Surabaya untuk membantu warga menjalankan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)
zoom-in-whitePerbesar
Protokol kesehatan di sejumlah kawasan Surabaya untuk membantu warga menjalankan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 42 persen penularan COVID-19 di Jawa Timur berasal dari orang tanpa gejala (OTG). Di Surabaya, jumlah OTG hingga Senin 13 Juli 2020 sebanyak 185.496 orang.
ADVERTISEMENT
Menurut data Pemerintah Kota Surabaya di lawancovid-19.surabaya.go.id disebutkan, sampai 10 Juli 2020 sebanyak 159.634 OTG selesai dipantau, dan 24.662 OTG masih dipantau.
OTG adalah seseorang yang tidak memiliki gejala COVID-19 tapi punya risiko tertular karena melakukan kontak erat dengan PDP atau orang yang sudah positif COVID-19. Umumnya, OTG tidak memiliki gejala COVID-19 karena daya tahan tubuh yang bagus.
Seringkali OTG tidak menyadari dirinya membawa virus corona karena hampir tidak ada gejala. Bila OTG melakukan kontak erat dengan orang-orang yang memiliki penyakit penyerta, maka orang tersebut akan tertular COVID-19 dan memiliki gejala berat.
Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 yang diterbitkan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dijelaskan, meski tidak bergejala OTG tetap harus dipantau.
ADVERTISEMENT
Pemantauan terhadap OTG dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan pasien positif COVID-19.
Setiap OTG juga akan menjalani pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk pemeriksaan RT PCR. Bila di pemeriksaan pertama menunjukkan hasil negatif, maka tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan physical distancing.
OTG juga harus menjalani pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Bila setelah 10 hari diperiksa ulang hasilnya positif COVID-19, maka OTG akan menjalani pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Namun apabila pada pemeriksaan RT PCR yang pertama langsung menunjukkan hasil positif COVID-19, maka OTG wajib melakukan karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan physical distancing. Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
ADVERTISEMENT
Bila di masa karantina OTG yang terkonfirmasi positif menunjukkan gejala demam (≥38⁰C) atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan, maka selama gejala ringan dapat dilakukan isolasi diri di rumah. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat, dan jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan.
Petugas kesehatan akan melakukan pemantauan melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Orang tanpa gejala yang sudah selesai dipantau dan dinyatakan sehat tanpa gejala COVID-19 ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan setempat.

OTG Tanpa Masker Bisa Menularkan COVID-19 Sampai 100 Persen

Operasi Patuh Masker yang rutin digelar di Surabaya.
Seperti yang kita tahu kalau COVID-19 menyebar secara cepat melalui percikan droplet baik saat bersin maupun batuk. Terutama bila ada OTG yang tidak disiplin memakai masker dan enggan menerapkan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Jubir Pemerintah untuk COVID-19 dr. Achmad Yurianto dalam website Kemenkes RI pernah menjelaskan tingkat risiko penularan COVID-19 yang akan semakin menurun bila orang tersebut memakai masker. Ia pun membaginya kedalam 4 tingkatan :
Pertama, apabila seseorang yang membawa virus (OTG) tidak menggunakan masker dan melakukan kontak dekat dengan orang rentan maka kemungkinan penularan mencapai 100 persen.
Kedua, orang yang sakit pakai masker, sementara kelompok rentan tidak memakai masker maka potensi penularan mencapai 70 persen.
Ketiga, orang sakit pakai masker, sementara orang sehat tidak pakai masker maka tingkat penularannya hanya 5 persen. Dan keempat, jika keduanya pakai masker, maka potensi penularan hanya 1,5 persen.
Yuri mengatakan, virus SARS-CoV-2 akan menyerang sepanjang saluran pernapasan mulai dari rongga hidung, mulut, langsung ke paru-paru sampai ke gelembung-gelembung akhir paru.
ADVERTISEMENT
Virus ini tumbuh dan banyak di sepanjang dinding saluran pernapasan. Oleh karena itu pada orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus corona pada saat dia batuk, bersin, berbicara, maka sebagian dari dinding saluran pernapasan ini akan terlepas ke luar bersamaan dengan percikan ludah sangat kecil yang disebut droplet.
''Inilah yang menyebar luar ke sekitar dan bisa saja secara langsung mengenai orang lain di saluran napasnya. Atau bisa juga mengenai benda di sekitar yang karena kemudian kita tidak sadar telah menyentuh benda tersebut lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata, maka terjadilah penularan,'' katanya pada Konferensi Pers di Gedung BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu.

Operasi Patuh Masker Masif Digelar di Surabaya

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membagikan masker ke kampung-kampung.
Penertiban masker di pasar-pasar tradisional masih terus berlanjut. Tak hanya di pagi dan siang hari, penertiban masker juga berlanjut hingga dini hari.
ADVERTISEMENT
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengatakan, bagi pedagang atau pembeli yang tidak memakai masker akan diberi sanksi administrasi penyitaan KTP, push up, sanksi sosial, hingga menyanyikan lagu kebangsaan.
“Kita berikan sanksi mulai penyitaan KTP, termasuk sanksi langsung di lokasi (push up), kemudian menyapu jalan dan ada juga yang nyanyi Indonesia Raya," kata Irvan (13/7).
Warga yang tidak memakai masker dan tidak membawa KTP akan menerima sanksi di antaranya pushup.
Bahkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sejak Minggu 5 Juli 2020 membagikan masker langsung ke pemukiman warga dengan dibonceng sepeda motor.
Sesekali Presiden UCLG Aspac ini pun turun dari kendaraannya dan berjalan kaki sembari mengingatkan warga menggunakan pengeras suara agar tetap menerapkan protokol kesehatan. “Silahkan berjualan pak, tapi protokol kesehatan juga harus tetap dijaga. Jangan lupa tetap pakai masker,” kata Risma.
ADVERTISEMENT