news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pernah Jadi Asisten Rumah Tangga, Dokter Michael Kini Rawat Kaum Duafa

Konten Media Partner
29 Juni 2019 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dokter Michael. For
zoom-in-whitePerbesar
Dokter Michael. For
ADVERTISEMENT
Jangan pernah takut berbuat kebaikan, karena ada rida Tuhan disana. Kalimat inilah yang dipegang teguh Dr. Michael Leksodimulyo, MBA,M.Kes, saaat akan melepas jabatan prestise dan penghasilan fantastis untuk mengabdikan diri pada orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Sekitar 10 tahun terakhir ini Dr. Michael memilih untuk memperjuangkan kesehatan kaum papa dengan caranya sendiri. Keputusan nekat ini tentu saja dianggap konyol oleh orang-orang yang dulu berkarir dengannya. Tapi begitulah Dr. Michael, ayah tiga anak ini lebih merespon panggilan hatinya daripada kelebihan materi.
"Ada satu peristiwa yang akhirnya menyembuhkan 'katarak hati' saya dan membuka mata hati saya. Sehingga saya rela melepaskan posisi saya," ujar Dr. Michael mengawali kisahnya, saat ditemui Basra Sabtu (29/6).
Kala itu, Dr. Michael sedang mengunjungi kawasan kumuh di bawah tol Dupak Surabaya, dirinya menyaksikan Hana Amalia Vandayani, Ketua Yayasan Pondok Kasih, memeluk erat seorang perempuan tua renta yang lumpuh kakinya. Kepada Dr. Michael, Hana lantas berkata,"Ini adalah mutiara Tuhan, jika kamu ingin membahagiakan Tuhan maka angkatlah mutiara ini kehadapanNya."
ADVERTISEMENT
Kata-kata Hana tersebut tak pelak 'menampar' Dr. Michael. Bahkan saat pulang ke rumah, Dr. Michael menangis sejadi-jadinya usai menyaksikan pemandangan di bawah tol Dupak itu.
"Ibu Hana mengajak saya mengunjungi kawasan itu. Apa yang dilakukan ibu Hana pada perempuan tua itu, kata-kata ibu Hana, menancap dalam hati saya, mengingatkan saya pada janji yang pernah saya ucapkan sebelum menjadi dokter," jelas pria yang kini menjabat sebagai Social Humanitarian Director Yayasan Pondok Kasih Surabaya ini.
Kini Dr. Michael tak hanya dikenal sebagai 'Dokter Gelandangan' tapi juga merancang program pemberdayaan untuk mereka yang membutuhkan.
Dr. Michael bercerita, cita-cita menjadi dokter sebetulnya keinginan yang mustahil karena dia terlahir dari keluarga yang serba kekurangan. Entah kenapa, meski sadar penghasilan orang tuanya tak akan mampu menyekolahkannya di kedokteran tapi keinginannya tak bisa ditawar lagi. Bahkan saat sang ayah yang coba membujuk pun, dia bergeming.
ADVERTISEMENT
"Hingga akhirnya Tuhan menyediakan jalan bagi saya untuk mewujudkan cita-cita menjadi dokter, padahal kalau menengok finansial keluarga saya menjadi hal yang sangat mustahil," ungkap lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado (1994), dan Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya (2002) ini.
Di tengah perjuangannya Dr. Michael menyadari, ternyata jalan yang disediakan Tuhan untuk meraih cita-citanya ternyata tidaklah mulus. Hidup sulit seolah jadi makanan pria kelahiran Surabaya ini sehari-hari.
Bahkan saat harus berangkat ke Manado untuk kuliah, Dr. Michael tak punya biaya. Akhirnya dia pun menumpang kapal barang dan hidup terlunta-lunta hingga lebih dari sebulan lamanya. Tak hanya itu, saat menjadi mahasiswa kedokteran di Manado pun, ia rela bekerja sebagai asisten rumah tangga.
ADVERTISEMENT
"Ke Manado tidak punya uang untuk naik kapal, sehingga terdampar di kapal barang. Di Manado tidak punya tempat tinggal, jauh dari keluarga, sehingga jadi pembantu demi mendapatkan tempat tinggal gratis," kata pria kelahiran Surabaya ini.
Lulus dari FK Universitas Sam Ratulangi, Dr. Michael sempat bertugas sebagai Kepala Puskesmas di Talisayan Berau, Kalimantan Timur, hingga bertugas di kota kelahirannya, Surabaya.
Hingga saat Dr. Michael pernah merasakan jabatan yang nyaman, dia tak pernah melupakan janjinya untuk mengabdikan diri pada mereka yang paling membutuhkan. Janji inilah yang membuatnya berani mengambil keputusan besar untuk meninggalkan semua kemewahan dan pulang ke tujuannya menjadi dokter.
Usai menanggalkan jabatannya, Dr. Michael lantas memulai pengabdian diri pada kaum duafa. Bersama Yayasan Pondok Kasih, ia berkeliling ke kawasan kumuh di Surabaya untuk memberikan pengobatan secara gratis kepada mereka yang kurang beruntung, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Hingga akhirnya julukan 'Dokter Gelandangan' pun melekat padanya.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, bersama Yayasan Pondok Kasih pula, Dr. Michael tak hanya fokus pada bidang kesehatan, namun juga pendidikan, pemberdayaan manusia, dan kini tengah gencar membantu pemenuhan hak sipil bagi kaum duafa.
Dr. Michael dan penghargaan yang pernah dia terima/
Atas dedikasinya di bidang kemanusiaan, sejumlah penghargaan pun diberikan kepada Dr. Michael diantaranya Human Resources for Health Award 2014 dari WHO (World Health Organization, Organisasi Kesehatan Dunia) PBB, dan Ksatria Bakti Husada Arutala 2014 dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kepada teman Basra, Dr. Michael berpesan untuk tak pantang menyerah dalam mewujudkan cita-cita. Dan yang terpenting selalu berbuat kebaikan kepada sesama yang dimulai dari diri sendiri.
"Jangan pernah menyerah untuk mewujudkan cita-cita, sesulit apapun. Dan jangan pernah lupa untuk berbuat kebaikan karena ada rida Tuhan disana," pesannya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT