Pertemanan Sehat Bisa Cegah Kasus Remaja Tak Pulang

Konten Media Partner
14 Maret 2019 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bersembunyi. Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bersembunyi. Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Firda Lis Fadillah belum juga pulang. Remaja kelas 2 SMA di kawasan Ketintang Surabaya ini belum memberikan kabar pada keluarga sejak Senin 4 Maret 2019. Pihak kepolisian masih mencari keberadaan Firda hingga kini.
ADVERTISEMENT
Menanggapi kabar Firda yang belum juga kembali ke orang tuanya, Margaretha Rehulina, S.Psi, P.G, Dip.Psych., M.Sc., Dosen Psikologi Forensik dari Universitas Airlangga Surabaya, mengatakan kasus remaja yang pergi tanpa kabar bisa disebabkan kemampuan mengambil keputusan yang belum matang.
Di sisi lain, dalam hal pertemanan remaja perlu paham dengan konsep pertemanan sehat.
''Kalau teman kita inginnya berteman secara sembunyi-sembunyi, tidak ingin dikenalkan teman yang lain, dan hubungannya sangat pribadi, kita harus hati-hati. Jangan-jangan teman ini menginginkan kita terisolasi secara sosial,'' kata Margaretha saat dihubungi Basra (14/3).
Kalau sampai ada tindak pemaksaan hingga muncul ancaman dan kita dipermalukan, kata Margaretha ini indikasi teman tersebut sedang mengendalikan diri kita. ''Kita harus paham kalau tubuh kita di bawah kontrol kita sendiri. Bukan mereka. Termasuk cara kita berpikir dan menilai sesuatu harus kita yang kontrol, bukan orang lain,'' kata Margaretha.
ADVERTISEMENT
Remaja memang rentan mengalami tindak kejahatan karena mereka belum mampu mengambil keputusan matang. ''Orang tua juga perlu merevisi perilaku supaya dipercaya anak,'' saran Margaretha.
Satu diantara caranya, saat anak terbuka untuk bercerita hindari bersikap judgmental. ''Anak baru cerita, orang tua sudah bilang 'ah kamu genit' atau 'kamu nakal'. Mendengar komentar ini anak akan langsung menutup komunikasi,'' kata Margaretha.
Di era yang serba digital ini, orang tua harus ingat kalau anak bisa mendapat jawaban dan masukan dari mana saja. ''Jadilah orang tua yang selalu jadi jujukan pertama oleh anak. Jangan sampai anak dapat masukan dari orang yang salah. Berbahaya,'' tegas Margaretha. (Reporter : Windy Goestiana)