news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Reaksi Warga Surabaya Jelang New Normal

Konten Media Partner
1 Juni 2020 13:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Reaksi Warga Surabaya Jelang New Normal
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ada 25 kabupaten dan kota yang harus bersiap menjalani fase new normal. Menurut arahan Presiden Joko Widodo, fase normal baru ini akan mulai diberlakukan pada 8 Juni 2020. Surabaya menjadi satu dari 25 kota/kabupaten yang dipersiapkan menjalani fase new normal.
ADVERTISEMENT
Reaksi beragam diberikan warga Surabaya jika kotanya harus menjalani fase new normal. Desainer Gita Orlin misalnya. Perempuan berhijab ini tak keberatan adanya pemberlakuan new normal di Surabaya.
"Kalau dibilang was-was ya was-was mengingat angka positif COVID-19 di Surabaya masih tinggi. Hanya saja kita kan tidak tahu pandemi ini sampai kapan akan berlangsung, jadi ya fase new normal memang harus diberlakukan untuk menggerakkan kembali perekonomian," jelas Gita kepada Basra, Senin (1/6).
Menurutnya, geliat perekonomian harus kembali bergulir demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat, lanjut Gita, tak bisa selamanya hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk menyambung hidup.
Meski demikian, Gita berharap fase new normal akan diberlakukan secara bertahap di Surabaya, tidak langsung serta merta.
ADVERTISEMENT
"Bertahap diberlakukannya, karena bagaimanapun juga kita butuh proses untuk beradaptasi. Dan yang harus ditekankan disini adalah kedisiplinan dalam mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Insyaallah kalau kita patuh, semua akan baik-baik saja," tukas ibu dua anak ini.
Pendapat serupa juga datang dari Ibnu Syahban. Pria yang kesehariannya bekerja di salah satu operator seluler ini menegaskan jika fase new normal memang tak bisa dihindarkan.
"Fase new normal memang mau tidak mau harus kita hadapi cepat atau lambat, karena sampai saat ini vaksin dari wabah ini masih belum jelas. Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir," tukasnya.
Meski fase new normal tak dapat dihindarkan, namun Ibnu tak memungkiri adanya rasa was-was dalam dirinya terutama saat harus melepas anak-anak kembali ke sekolah di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
"Untuk anak-anak sekolah ini yang sedikit mengkhawatirkan karena jumlah guru dengan murid tidak sebanding. Sedangkan kita tahu jika anak-anak ini sudah berkumpul agak susah untuk dikontrol masalah protokol kesehatannya. Menurut saya sebaiknya anak sekolah lebih baik tetap belajar dari rumah saja dulu sampai benar-benar kondisinya sudah kondusif, terutama yang SMP ke bawah," paparnya.
Bekerja di dunia perhotelan juga mendorong Radinia Pitaramita perlu untuk diberlakukannya fase new normal di Surabaya.
"Roda ekonomi harus terus berputar ibarat rantai makanan, kalau yang diatas berhenti berputar ya kami yang pegawai di bawahnya ini otomatis ‘mati’ karena tidak ada penghasilan. Tapi kalau new normal dengan sikap masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan ya bubrah. Jadi poin pentingnya kedisiplinan kita menjalankan protokol kesehatan," jelas perempuan yang karib disapa Pipit ini.
ADVERTISEMENT
Terkait kedisiplinan warga dalam menjalankan protokol kesehatan juga disorot M. Darwis. Praktisi pendidikan ini tak yakin jika masyarakat akan patuh terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
"Masa PSBB saja banyak warga yang melanggar, apalagi nanti kalau fase new normal dimana pasti akan ada pelonggaran," ujarnya.
Darwis berharap sebelum new normal diberlakukan di Surabaya, ada sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sosialisasi ini terkait apa yang boleh dan tidak dilakukan dalam fase new normal nanti.