Sepekan Terjadi 2 Kasus Bunuh Diri di Suramadu, Ini Upaya Pencegahan Bunuh Diri

Konten Media Partner
10 September 2021 15:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bunuh diri. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bunuh diri. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (World Suicide Prevention Day). Bertepatan dengan momen tersebut, di Surabaya tepatnya di Jembatan Suramadu dalam sepekan ini justru telah terjadi dua kasus bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Kedua kasus tersebut yakni seorang anggota TNI yang diduga bunuh diri di Jembatan Suramadu pada Senin (6/9), yang jasadnya ditemukan keesokan harinya. Kejadian berikutnya diketahui seorang warga asal Sampang, Madura, yang diduga bunuh diri pada Kamis (9/9) malam.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Unair dr Brihastami Sawitri SpKJ mengungkapkan, berdasarkan data dari PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) di masa pandemi ini, satu dari lima orang di Indonesia mengaku memiliki pikiran ‘lebih baik mati’.
“Pikiran ini terbanyak timbul pada usia dewasa muda kisaran 19 sampai 29 tahun. 15 persen dari mereka memikirkannya setiap hari, dan 20 persen lainnya memikirkannya beberapa hari dalam seminggu,” ujar Brihastami, Jumat (10/9).
Sementara itu, lanjutnya, menurut catatan WHO pada 2019, 1 dari 100 kematian di seluruh dunia adalah akibat bunuh diri. WHO juga menyatakan, lebih dari 703.000 setiap tahunnya orang meninggal karena bunuh diri. Mereka didominasi oleh warga yang tinggal di negara dengan pendapatan menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
“Secara umum di seluruh dunia, bunuh diri menempati peringkat keempat penyebab kematian pada usia 15 sampai 29 tahun. Laki-laki berisiko melakukan bunuh diri dua kali lebih sering daripada perempuan. Sedangkan penderita depresi berisiko 20 kali lipat untuk melakukan bunuh diri,” jelasnya. Dikatakannya, ada beberapa cara untuk mencegah seseorang melakukan bunuh diri. Di antaranya mulai dari mengenali gejalanya seperti munculnya keputusasaan, kemarahan tidak terkendali, bertindak impulsif, serta seseorang yang menjadi pendiam dan mulai tertutup.
“Bila bertemu seseorang yang bergejala seperti itu maka jangan ditinggalkan sendirian. Dengarkan ceritanya dan jangan buru-buru memberikan nasihat. Berikan empati, tanyakan bagaimana perasaannya. Jangan menyalahkan atau membandingkan masalahnya dengan orang lain,” paparnya lagi.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi seseorang suspek bunuh diri yakni dengan membawa kepada ahlinya. Seperti meminta bantuan psikiater atau psikolog. Tidak kalah penting, setelahnya si suspek harus didampingi dan dipantau secara berkala.
ADVERTISEMENT
“Berani hidup lebih kesatria, daripada berani mati,” pungkasnya.