Setahun Pandemi COVID-19, Masih Banyak Penyintas Dapatkan Diskriminasi

Konten Media Partner
16 Maret 2021 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Sudah satu tahun lamanya pandemi COVID-19 merebak di Indonesia. Meski begitu, masih banyak ditemukan beberapa kasus penolakan penyintas COVID-19 yang sudah sembuh untuk kembali pulang ke lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya seperti dialami oleh Melati (nama samaran), penyintas COVID-19 yang berdomisili di kawasan Surabaya selatan.
Usai dinyatakan sembuh oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, Melati gelisah.
Ia bercerita kepada para relawan pendamping pasien, jika dirinya takut pulang ke kost karena pengelola kost tidak mau menerima dia sebelum menunjukkan hasil swab negatif.
Mengetahui hal itu, Sita Pramesthi, salah satu relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19 (PPKPC) RSLI memberikan edukasi lanjutan kepada penyintas tersebut.
Sita pun meyakinkan bahwa penyintas sudah sembuh, dan putusan dari DPJP merupakan hasil kesimpulan selama perwawatan oleh tim dokter yang berkompeten dalam menangani COVID-19. Dimana hasil kesembuhan pasien tersebut sudah dengan pertimbangan medis yang matang dan terukur.
ADVERTISEMENT
“Sampean harus PD (Percaya Diri) dan yakin sudah sembuhdan siap kembali beraktifitas seperti biasa dengan tetap menjalankan protokol kesehatan selama pandemi masih berlangsung," kata Sita, Selasa (16/3).
Dokter memberikan edukasi kepada para pasien yang menjalani perawatan di RSLI Surabaya.
Selain Melati, adapula Mawar (nama Samaran). Usai dirawat selama 10 hari di RSLI, warga asal Sidoarjo
ini mengirimkan berkas berupa rekam medis, surat keterangan sembuh, serta surat rujuk balik monitoring ke faskes ke perusahaan tempat ia bekerja.
Sayangnya, setelah mengirimkan berkas tersebut, perusahaan minta disertakan hasil lab yang terakhir. Mawar pun menyampaikan jika hasil swab terakhir dirinya masih positif, sementara prusahaan meminta hasil swab harus negatif.
"Setelah dilakukan pendekatan, negosisasi, dan mediasi dengan bantuan tim relawan, perusahaan akhirnya mau menerima opsi swab antigen sebagai persyaratan Mawar kembali masuk kerja," ucap Sita.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19 RSLI Surabaya, Radian Jadid, mengatakan penerimaan buruk masih menjadi kendala yang besar bagi penyintas.
Sebab stigma yang berkembang membuat pasien yang sudah benar-benar dinyatakan sembuh, takut kembali pada lingkungannya. Selain itu, juga dapat mempengaruhi mental para penyintas.
Jadid menegaskan, bahwa kejadian ini hendaknya dijadikan catatan bersama bagi semua stakeholder terkait. Dimana permasalahan COVID-19 tidak hanya pada ranah medis saja, tetapi juga mencakup aspek non medis seperti psikologis, ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
"Penyintas COVID-19 di mana saja harus percaya diri kalau sudah sembuh, dan mereka berhak hidup normal serta mendapatkan hak-haknya dalam bekerja dan hidup bermasyarakat," tutupnya.