Siasati Krisis Air Bersih, Warga Jombang Sulap Air Hujan untuk Diminum

Konten Media Partner
1 Maret 2020 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Purwanto dari Rumah Baca Air Kita. Foto-foto : Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Purwanto dari Rumah Baca Air Kita. Foto-foto : Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Hampir di setiap musim kemarau ada saja kecamatan di Jombang, Jawa Timur yang terdampak kekeringan. Warga tentu saja kesulitan mendapat air bersih untuk kebutuhan makan, minum, mandi, dan mencuci. Bahkan di 2019, warga di enam kecamatan di Jombang terpaksa menggali sungai yang mengering untuk mendapatkan air.
ADVERTISEMENT
Untuk menyiasati krisis air bersih yang dialami warga, Purwanto dari Rumah Baca Air Kita mengajak warga untuk menampung air hujan.
"Air hujan sangat layak dikonsumsi. Setelah kami teliti air hujan di beberapa daerah seperti Jombang, Magelang, Papua, Jakarta, ternyata kandungan mineral padat di dalam air hujan cukup rendah. Di bawah 50 ppm yang artinya sangat aman diminum. Tingkat keasaman atau pH air hujan juga di daerah Jombang juga di atas 7 yang artinya masih aman untuk tubuh," kata Purwanto saat ditemui Basra di Desa Karangwinongan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (29/2) dalam acara Dolan Karo UK Petra Surabaya.
Banyak orang yang tak ingin minum air hujan karena menganggap TDS atau total dissolved solids (kandungan mineral padat yang terlarut) tinggi.
ADVERTISEMENT
Padahal setelah diuji dengan TDS meter, TDS di dalam air hujan yang sudah diendapkan semalam dan disaring punya kandungan TDS sekitar 7-9 ppm atau 6,98 mg/l.
Menurut WHO, kandungan TDS yang dianggap 'Bagus Sekali' adalah yang kurang dari 300 mg/l. Sedangkan yang dianggap buruk dan berbahaya bila TDS mencapai 900-1.200 mg/l.
Sebenarnya ada beberapa mineral dalam air yang dibutuhkan tubuh seperti kalium untuk menjaga kinerja saraf, kalsium untuk menjaga daya tahan tubuh, serta magnesium untuk mengantisipasi kekakuan atau kejang di pembuluh koroner arteri.
Hanya saja, menurut Purwanto, sering kali TDS yang ditemukan dalam kandungan air sumur di wilayah Jombang mengandung kapur, logam, raksa, dan besi.
Hal ini dibuktikan Purwanto saat menguji air sumur dengan alat water electrolyzer ternyata lebih cepat jadi keruh, berbuih, dan menghitam.
ADVERTISEMENT
"Kami hanya ingin masyarakat tahu kalau kesulitan air bersih bisa kita atasi dengan menampung air hujan. Bak tampungannya harus setinggi 1 meter di atas tanah agar tidak terciprat tanah, lalu diendapkan semalam, dan disaring dengan kain katun. Kalau belum yakin dengan penyaringan sekali boleh disaring berkali-kali. Tapi hasilnya akan tetap sama, aman diminum," kata Purwanto.
Ide untuk mengolah air hujan sebagai air minum ini menurut Purwanto jadi solusi baik mengingat ketersediaan air tanah mulai menipis.
Dari 1,4 miliar kubik meter air di bumi, hanya sekitar seperempatnya yang bisa diminum. Dan dari seluruh persediaan air minum, hanya 0,3 persen bisa diperoleh dengan mudah dari air sungai dan danau. Kandungan air tanah yang terus diserap oleh manusia dari sumur atau pengolahan air akan membuat kandungan air tanah semakin sedikit untuk generasi yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Selain bisa dimanfaatkan untuk air minum, air hujan juga bisa dimanfaatkan untuk proses pembuatan pewarna alami untuk batik. Menurut Nusa Amin, founder Batik Berkah Mojo di Jombang, air hujan terbukti lebih bagus untuk mengeluarkan warna dibanding air sumur atau lainnya.
"Tanaman Indigofera tinctoria yang mengeluarkan warna biru hasilnya lebih bagus bila direndam selama 24 jam dengan air hujan," kata Nusa.