SMPN 3 Surabaya Jadi Percontohan School Farming di Kota Pahlawan

Konten Media Partner
25 Februari 2019 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sawi pakcoy hidroponik yang ditanam siswa-siswi SMPN 3 Surabaya ini juga dijual untuk umum. Berkat hidroponik, SMPN 3 Surabaya meraih Juara 1 Surabaya Eco School 2018. Dari kiri ke kanan : Nawal Andara Firanti, Safira Ramadlani Witananda, dan Bintang Ageng Ari Tricia. Foto : Windy Goestiana
zoom-in-whitePerbesar
Sawi pakcoy hidroponik yang ditanam siswa-siswi SMPN 3 Surabaya ini juga dijual untuk umum. Berkat hidroponik, SMPN 3 Surabaya meraih Juara 1 Surabaya Eco School 2018. Dari kiri ke kanan : Nawal Andara Firanti, Safira Ramadlani Witananda, dan Bintang Ageng Ari Tricia. Foto : Windy Goestiana
ADVERTISEMENT
Sebanyak 4.400 sawi hidroponik yang ditanam siswa-siswi SMPN 3 Surabaya siap dipanen hari ini (25/2). Sawi hijau segar jenis pakcoy akan dibagikan gratis pada masing-masing murid untuk kemudian dijual kembali.
ADVERTISEMENT
''Tujuannya supaya siswa juga belajar entrepreneurship. Kami ingin siswa berani untuk memasarkan produk yang mereka rawat sendiri. Umumnya satu bonggol sawi dijual dengan harga Rp 5 ribu tapi kalau bisa lebih, makin baik. Ini artinya siswa bisa meyakinkan pembeli tentang value produk mereka,'' kata Budi Hartono, Kepala Sekolah SMPN 3 Surabaya kepada Basra.
Saat ini SMPN 3 dikenal sebagai sekolah yang berhasil mengembangkan school farming dengan metode hidroponik. Berkat hidroponik, SMPN 3 Surabaya meraih Juara 1 Eco School 2018 dan Juara 1 Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional.
Menurut Budi Hartono, ada 3 metode berkebun di SMPN 3 yaitu horiminaponik, roof top hidroponik, dan vertical garden.
Inilah Horiminaponik, metode berkebun yang menggabungkan penanaman hidroponik di atas kolam ikan untuk mendapatkan panen ganda. Sirkulasi pengairan pada metode ini terpisah karena hidroponik membutuhkan kadar Ph dan nutrisi yang berbeda dengan kolam. Foto : Windy Goestiana
Sejak 2014 SMPN 3 sudah mulai mengembangkan 'horiminaponik' yang diklaim pertama di dunia. Sistem berkebun horiminaponik ini memadukan metode penanaman hidroponik dan perikanan. Pipa-pipa hidroponik ini ditempatkan di atas kolam ikan lele, mujair, dan ikan nila. Sehingga saat panen bisa lebih menguntungkan karena mendapat dua hasil sekaligus.
ADVERTISEMENT
''Setiap jengkal tanah di sekolah ingin kami manfaatkan sebaik-baiknya,'' kata Luhur Setiyono, Koordinator School Farming.
Sepanjang tahun SMPN 3 akan mengadakan panen raya dari kolam ikan dan kebun hidroponik mereka. Panen lele setiap 2-3 bulan sekali, ikan mujair dan nila setiap 6 bulan sekali, dan panen sawi setiap 40 hari.
Selain sawi, hasil kebun hidroponik SMPN 3 juga menghasilkan daun mint dan seledri. Foto : Windy Goestiana
Khusus untuk roof top hidroponik menempati lahan di atap sekolah seluas 8x12 meter. Sistem penanamannya mengadopsi teknik NFT atau Nutrient Film Technique. Dibanding sistem hidroponik lainnya, pipa NFT lebih dangkal sehingga akar tanaman lebih mudah teraliri air dan memperoleh cukup nutrisi serta oksigen. Selain sawi pakcoy juga ada seledri dan daun mint yang menempati hidroponik vertikal.
Menurut Bintang Ageng Ari Tricia, Safira Ramadlani Witananda, dan Nawal Andara Firanti siswi kelas 8A yang menemani Basra berkeliling mengatakan, berkebun hidroponik merupakan penerapan dari pelajaran biologi di kelas.
ADVERTISEMENT
Sejak awal mereka dilatih untuk bisa menyemai bibit, menyiapkan cairan nutrisi dan mengukurnya dengan TDS meter, bahkan siswa juga dilatih mengukur pH air agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Setiap jam ada tiga kelas yang bertugas merawat kebun hidroponik sekolah. ''Sekitar 10 siswa dari kelas 7, 8, dan 9 akan mengecek sawi-sawi. Daun sawi yang telah kuning harus diambil. Kalau tidak bisa cepat menyebar ke tanaman lainnya,'' kata Bintang.
Berkat belajar hidroponik di sekolah, Nawal jadi menghargai setiap makanan dan tidak akan membuang-buangnya. ''Kami disini belajar merawat dari sebutir benih menjadi tanaman yang bisa dikonsumsi. Prosesnya panjang dan butuh ketelatenan. Kalau dibuang begitu saja rasanya seperti mengabaikan prosesnya yang butuh kesabaran,'' kata Nawal.
Reporter Basra di tengah kebun hidroponik seluas 8x12 meter yang bisa menghasilkan 4.400 sayur seperti selada, sawi, dan bayam.
Setiap kali panen raya, hasil kebun dan perikanan ini akan diolah menjadi beberapa produk bernilai ekonomis. Diantaranya nugget ikan, sempol ikan, jus sawi rasa alpukat, siomay sawi, mie sawi, peyek sawi, dan tahu isi sawi. (Reporter : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT