Soal Penghapusan Syarat Swab Test, Epidemiolog: Risiko Tingkatkan Kasus Harian

Konten Media Partner
15 Maret 2022 10:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Pemerintah Indonesia telah resmi menerapkan penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini juga disertai dengan beberapa syarat khusus. Salah satunya, pelaku perjalanan domestik minimal telah mendapat vaksin dosis dua.
Menanggapi hal itu, Pakar Epidemiologi Unair, Dr M Atoillah Isfandiari dr MKes menyampaikan, jika syarat tersebut kurang tepat sasaran.
Menurutnya, pelonggaran pemeriksaan tes antigen dan PCR lebih baik ditujukan bagi pelaku perjalanan domestik yang telah vaksinasi booster.
Pasalnya, hal itu akan lebih meningkatkan keamanan saat perjalanan, serta dapat mendorong masyarakat untuk melakukan vaksinasi booster.
“Kenyataannya, sebagian masyarakat ikut vaksin bukan karena kesadaraan mendapatkan kekebalan. Tapi agar dapat mengakses yang tidak bisa diakses tanpa vaksin,” ucapnya, Selasa (15/3).
Ato menuturkan, jika penerapan kebijakan tersebut akan mempersulit terdeteksinya kasus positif. Karena pencabutan syarat tes antigen dan PCR akan menghilangkan salah satu kontributor terbesar dalam tracing COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Saat mobilitas meningkat, risiko ISPA akan meningkat. Di sisi lain, kita tidak tahu ISPA yang meningkat disebabkan oleh COVID atau bukan,” tuturnya.
Meski saat ini gelombang ketiga memang telah melewati puncak dan konsisten mengalami penurunan, namun kasus harian masih cenderung tinggi.
Ato menyebut, penerapan kebijakan penghapusan syarat tes antigen dan PCR untuk perjalanan domestik lebih baik ditunda dua minggu lagi. Penundaan tersebut juga akan membuat kondisi lebih stabil saat memasuki bulan Ramadan dan musim mudik.
“Penerapan kebijakan yang terburu-buru akan meningkatkan kasus harian dan risiko penularan. Kalau kita mau bersabar dua minggu lagi. Kita ada di posisi yang sama dengan akhir Januari, posisi dasar gelombang. Saat ini kita masih berada pada lereng gelombang,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah menerapkan protokol kesehatan (prokes), dan melakukan vaksinasi agar terhindar dari gejala berat.
“Tetap pakai masker yang proper sama seperti sekarang dan menjaga jarak. Kita tidak tahu yang bareng kita itu membawa virus atau tidak. Pandemi belum selesai. Saat ini kita hidup berdampingan dengan COVID, preventing jauh lebih penting daripada sesal kemudian,” tutupnya.