Tingkatkan Literasi Digital Cara Unesa Tangkal Hoaks di Indonesia

Konten Media Partner
12 Januari 2023 12:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tingkatkan Literasi Digital Cara Unesa Tangkal Hoaks di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tingkat literasi digital di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Untuk itu, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan Seminar Literasi Digital dengan tema 'Labirin Informasi, Tersesat atau Melesat?' di Auditorium Lantai 11, Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. mengatakan, kemajuan teknologi dan tingginya penggunaan perangkat digital harus didukung dengan peningkatan literasi digital.
“Unesa punya mata kuliah Literasi Digital yang berlaku untuk semua mahasiswa. Kami pun memiliki Pusat Studi Literasi. Ini adalah pusat studi yang pertama di Indonesia dan sekarang menjadi rujukan termasuk untuk GLS (Gerakan Literasi Sekolah),” ucap Prof. Bambang, Kamis (12/1).
Prof. Bambang menuturkan, setidaknya ada tiga strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hal itu.
Pertama inisiasi literasi digital nasional yang mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat, terutama mereka yang terhambat mengakses teknologi komunikasi dan informasi.
Selain itu, diperlukan pendekatan yang berbeda untuk segmen masyarakat yang berbeda. Karena itu diperlukan roadmap untuk memetakan tingkat literasi masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Lalu, perlu adanya kebijakan untuk mendorong literasi digital yang lebih masif termasuk memasukkan literasi digital sebagai bagian dari kurikulum kampus, sekolah formal maupun nonformal," jelasnya.
Sementara itu, Dr. Alim Sumarno, M.Pd., dari Pusat Studi Literasi Unesa mengungkapkan bahwa hoaks ternyata sudah lebih lama dari kejahatan lainnya. Menurutnya, hoaks terus bertransformasi dalam berbagai jenis dan bentuk hingga era post truth atau pascakebenaran.
“Menurut para ahli termasuk Steve Tesich, post truth ini artinya keadaan di mana masyarakat tidak terlalu peduli lagi dengan kebenaran. Kita tidak peduli apakah kejadian atau informasi ini benar atau salah itulah kondisi pascakebenaran itu,” paparnya.
Dia menambahkan, media sosial yang banyak menyebarkan informasi hoaks di Indonesia yaitu Youtube, Whatsapp, Instagram, Facebook hingga Twitter. Kemudian, hoaks banyak berkaitan dengan isu politik, lalu disusul isu pemerintah dan kesehatan. “Apalagi ini mau tahun politik itu pasti meningkat angkanya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang tinggi, lanjutnya, tidak menjamin kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi informasi hoaks yang berseliweran di dunia maya.
“Ada beberapa cara untuk mengecek informasi, salah satunya bisa mengeceknya di laman www.kominfo.go.id baru di belakangnya Anda menulis mau mengkonfirmasi apa,” tukasnya.