Tips Lancar Belajar Daring Tanpa Khawatir Adiksi Gawai

Konten Media Partner
28 Juli 2020 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi anak belajar daring. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
Belajar di warung kopi (warkop) kini tengah menjadi fenomena baru bagi kalangan pelajar. Pasalnya warkop yang notabene menjadi tempat nongkrong beralih fungsi menjadi lokasi belajar.
ADVERTISEMENT
Keberadaan warkop selain menyediakan wifi gratis, juga menjadi wahana para pelajar untuk melepas rindu dengan teman-temannya sekaligus untuk belajar bersama.
Mengingat di masa transisi saat ini Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring harus tetap dilakukan. Pemberlakuan ini tentu agar sistem pendidikan di Indonesia tetap berjalan walaupun ditengah pandemi COVID-19.
Menanggapi hal itu, dr. Yunias Setiawati, SpKJ dokter spesialis kejiwaan dsri RSUD dr. Soetomo mengatakan di masa pembelajaran daring ini peran orang tua sangat penting dalam memantau proses pendidikan sang anak.
"Kalau ke warung yang ada internetnya kan risiko terpapar itu ada, terus bising juga anak nggak bisa konsentrasi. Selain itu penyalahgunaan internet misal untuk main game, dan lain-lain kan orang tua nggak tau. Jadi pendampingan orang tua itu sangat diperlukan dalam penggunaan internet," kata Yunias, Selasa (28/7).
ADVERTISEMENT
Yunias menjelaskan, penggunaan gawai (smartphone atau tablet) sebagai sarana belajar yang semakin meningkat juga mempunyai dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya dapat memberikan kemudahan bagi para pelajar ketika melakukan kegiatan belajar. Sementara dampak negatifnya mencakup dampak terhadap kesehatan baik fisik maupun psikis, emosional, isolasi sosial, dan perkembangan khususnya pada anak.
Para pelajar Surabaya melakukan belajar daring di warung kopi (warkop). Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
"Anak-anak rata-rata menghabiskan waktu menggunakan gawai untuk mengerjakan tugas sekolah, bermain game, menonton youtube, chat dengan teman. Suatu studi menyebutkan bahwa anak-anak rata-rata menghabiskan waktunya dengan media digital setiap minggu antara 6-9 jam per hari. Dimana penggunaan media digital termasuk gawai yang berlebihan dapat mempengaruhi otak dan menyebabkan perubahan biologis. Salah satu dampak negatif yang terjadi adalah adiksi gawai," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Adiksi gawai dapat membuat anak menghabiskan waktu bersama gawai-nya dibandingkan bersosialisasi, atau anak lebih menyukai menggunakan gawai sebagai tempat bermain mereka daripada bermain di luar bersama teman-teman.
Untuk mengatasi hal itu, orang tua perlu menetapkan aturan pada anak dalam hal penggunaan gawai. Diantaranya batas waktu penggunaan gawai, konten yang diizinkan untuk dikases, serta kapan anak bisa menggunakan gawai dan internet.
"Misalnya dalam satu hari anak dikasih waktu 1-2 jam untuk bermain gawai. Terus ajak anak diskusi terkait penggunaan gawai. Kalau bisa orang tua memasang alat teknis untuk memantau aktivitas online anak. Karena di masa belajar daring ini peran orang tua sangat penting untuk perkembangan anak," pungkasnya.