Tips Mencegah Pelecehan Seksual pada Anak Berkebutuhan Khusus

Konten Media Partner
2 November 2019 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang menimpa anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) seringkali sulit diantisipasi. Ini dikarenakan ABK memiliki kendala dalam berkomunikasi secara verbal maupun perilaku.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah ABK yang jadi korban kekerasan seksual, Forkasi atau Forum Komunikasi Orang Tua Anak Spesial Indonesia chapter Surabaya mengadakan seminar bertajuk 'Pencegahan Pelecehan Seksual pada Individu Special Needs Sebagai Korban atau Pelaku'.
Seminar ini ditujukan untuk para orangtua, guru, dan pemerhati pendidikan khusus supaya ketignya bisa menjelaskan bentuk pelecehan seksual pada ABK.
Riska Timothy selaku praktisi ABK mengatakan jika pelecehan seksual pada ABK dapat dicegah dengan cara mengajarkan perkembangan seksual yang sehat sesuai dengan usia perkembangan anak.
"Karena orang tua yang mengajarkan secara konsisten tentang seksual yang sehat akan lebih siap melindungi diri anak-anak dari pelecehan," ucap Riska saat ditemui Basra di Aula PT BJTI, Sabtu (2/11).
Selain itu anak juga perlu paham batas sentuhan yang dianggap mengganggu. Seperti bila ada orang yang memegang area pantat serta pundak dan dada ke bawah hingga atas lutut.
ADVERTISEMENT
Anak-anak berkebutuhan khusus juga perlu dilatih mandi sendiri, menggosok gigi, keramas, sampai membersihkan sisa buang air kecil dan buang air besar. Kemampuan mendasar ini penting untuk dilatih agar dia tidak tergantung pada orang lain yang mudah menyalahgunakan kesempatan.
Termasuk membiasakan ABK menyebut organ intimnya dengan sebutan yang tepat. Contohnya kalau menyebut alat kelamin bisa menggunakan kata-kata media seperti penis atau vagina.
"Jadi jangan bilang 'titid', ajarkan saja kata medisnya biar anak-anak juga paham," tuturnya.
Senada dengan Riska, Bonnie Dewayanti orang tua dari penyandang autisme yang sukses mengantarkan putranya masuk ke jenjang universitas ini mengatakan, selain pendidikan seksual sejak dini, anak-anak juga harus dibiasakan memakai celana panjang dan baju yang tidak ketat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebagai orang tua ia juga harus memantau kegiatan anak selama berada di luar rumah. "Jadi saya juga ikut WhatsApp grup kuliahnya, saya juga memantau gadget-nya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," ungkap Boonie.
Bahkan, Boonie pun tak segan memberikan banyak aktivitas di dalam rumah seperti menyapu dan mengepel rumah.
"Kalau anak melakukan aktivitas di dalam rumah kan kita juga bisa memantau mereka. Terus pemberian aktivitas ini juga bisa menurunkan dorongan seksual, saat anak memasuki usia puber," pungkasnya.