Waktu yang Tepat Menjelaskan Pendidikan Seksual pada Anak

Konten Media Partner
29 Juli 2021 15:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Pendidikan seksual bagi anak sering kali dianggap menjadi hal tabu. Padahal, pendidikan seksual merupakan hal penting yang harus diajarkan pada anak, meskipun tidak ada batasan tertentu untuk mulai mengajarkannya.
ADVERTISEMENT
Pakar Psikologi Unair, Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si., memgatakan ada lima indikator yang dapat dijadikan panduan bagi orang tua untuk mulai mengajarkan pendidikan seksualitas pada anak.
Di antaranya saat anak mulai bertanya tentang apa itu kehamilan ataupun kelahiran, anak mulai berteman dengan lawan jenis, anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan di luar keluarga inti dan memiliki akses informasi luas, atau saat berlatih membersihkan diri, contohnya saat buang air.
“Perlu diingat, masalah perilaku seksual hanya bagian dari pendidikan seksualitas. Dapat diajarkan bahwa, lelaki dan wanita memiliki organ tubuh berbeda, jagalah kebersihan diri, termasuk alat kelamin, interaksi dengan lawan jenis, dan peran sebagai laki-laki dan perempuan," jelas perempuan yang akrab disapa Mima ini, Kamis (29/7).
ADVERTISEMENT
Mima menjelaskan, pendidikan seksual harus dilakukan secara kontinu dan tidak insidental. Sebab, prinsipnya adalah optimalisasi proses belajar anak dan mendorong perkembangan yang positif, khususnya terkait masalah seksualitas.
Dalam mengajarkan pendidikan seksual, orang tua perlu memperhatikan beberapa aspek materi dan strategi yang digunakan:
1. Anak Masih Berpikir Secara Konkret
Pola pikir anak yang masih konkret membuat orang tua harus menggunakan Bahasa dan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami anak.
Orang tua juga dihimbau tidak menggunakan kata-kata ganti untuk istilah alat kelamin. Sebaiknya anak diperkenalkan istilah alat kelamin secara netral tanpa ekspresi malu ataupun jijik.
"Harapannya, anak dapat menganggap alat kelamin sama seperti halnya bagian tubuh lain, tetapi tetap diperlakukan lebih khas, sebab bersifat lebih privat dan intim," ucapnya.
2. Tingkat Usia Anak
ADVERTISEMENT
Tingkat usia anak menjadi pertimbangan tentang detail informasi yang diberikan. Pada anak-anak usia dini, sebaiknya informasi yang diberikan tidak mendetail.
"Misalnya, ketika menjelaskan proses kehamilan. Dapat dijelaskan bahwa ayah memiliki sperma yang akan membuahi sel telur ibu," tutur Mima.
3. Metode Sesuai Ketertarikan Anak
Materi yang diberikan dapat dikemas dengan metode yang sesuai dengan ketertarikan anak, misalnya anak melalui cerita.
Mima menyampaikan bahwa informasi tentang pendidikan seksualitas harus dapat tertanam dan dipahami anak untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah, orang tua bersikap terbuka dan memberi respon positif pada anak saat anak bertanya seputar pendidikan seksualitas. Memperkuat ikatan emosi antara anak dan orang tua, sehingga anak dapat berdiskusi tanpa rasa malu.
ADVERTISEMENT
"Kemudian, orang tua dapat membahas masalah seksualitas dari berbagai aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif, fisik, dan juga sosioemosional," jelasnya.
Mima juga mengungkapkan, lembaga pendidikan dapat mulai berpikir untuk memberikan pendidikan seksualitas secara komprehensif dan kontinu.
Seperti memasukkan tema pendidikan seksualitas ke dalam kurikulum, mengundang narasumber yang bergerak di bidang pendidikan seksual untuk anak maupun orang tua, program bimbingan konseling, menyediakan sumber informasi yang terpercaya bagi anak.
“Tidak hanya bersifat jemput bola, tapi dapat menggunakan strategi tertentu misalnya dengan memfasilitasi adanya kotak dimana anak dapat memasukkan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui tentang seksualitas, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan penjelasan di kelas," pungkasnya.