2 Bulan Kemarau, 1.737 Hektare Sawah di Bojonegoro Gagal Panen

Konten Media Partner
18 Juli 2019 17:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hamparan padi di Kecamatan Sumberrejo yang gagal panen, lantaran kekurangan pasokan air. Kamis (18/07/2019).
zoom-in-whitePerbesar
Hamparan padi di Kecamatan Sumberrejo yang gagal panen, lantaran kekurangan pasokan air. Kamis (18/07/2019).
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Sudah dua bulan tak turun hujan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kemarau panjang ini membuat belasan sungai kering, sehingga lebih dari 1.737 hektare lahan sawah gagal panen akibat kekurangan air.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan Berita Bojonegoro, salah satu pintu air sungai di Desa Bakalan, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, tampak dalam kondisi kering. Menurut petani setempat, kondisi itu sudah berlangsung selama dua bulan.
Salah satu sungai avoor (saluran pintu air) yang berada di Desa Bakalan, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, kondisinya terlihat kering. Kamis (18/07/2019).
Kepala Bidang (Kabid) Operasi dan Pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PUSDA) Kabupaten Bojonegoro, Masahid, mengatakan belasan sungai pun kekeringan.
"Dari 18 sungai yang ada di Kabupaten Bojonegoro, hanya ada 2 yang masih ada airnya. Sementara 16 sungai lainnya sudah kering," ucap Masahid.
Secara terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Zaenal Fanani, menyebut keringnya belasan sungai itulah yang membuat ribuan hektare sawah gagal panen. Mengutip data Dinas Pertanian Bojonegoro, dia menyebut sawah yang gagal panen seluas 1.737 hektare.
ADVERTISEMENT
"Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, mengingat masih banyak lahan pertanian yang belum terdata," kata Zaenal.
Rohim, petani asal Kecamatan Sumberrejo yang mengalami gagal panen dan memilih mengambil padi miliknya yang kering untuk dijadikan pakan ternak. Kamis (18/07/2019).
Gagal panen salah satunya dialami oleh Rohim, petani di Kecamatan Sumberrejo, Bojonegoro. Dia mengaku hanya bisa pasrah meski harus merugi, sebab biaya untuk satu hektare padi, biaya tanam, dan perawatan mencapai lebih dari Rp 10 juta. Kini, padi yang mengering itu pun hanya bisa dijadikan sebagai pakan ternaknya.
"Sudah sejak tanam tidak ada hujan. Ini (padi kering) diambil untuk pakan lembu," ujar Rohim. (mol/imm)
Reporter: Muliyanto Editor: Imam Nurcahyo
Artikel ini pertama kali terbit di: https://beritabojonegoro.com