3 Kecamatan di Bojonegoro Dapat Sosialisasi Keselamatan Pipa EMCL

Konten Media Partner
29 Agustus 2019 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosialisasi keamanan dan keselamatan jalur pipa minyak Lapangan Banyuurip, yang digelar EMCL kepada delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Gayam, Ngasem, dan Kalitidu Bojonegoro. Kamis (29/08/2019)
zoom-in-whitePerbesar
Sosialisasi keamanan dan keselamatan jalur pipa minyak Lapangan Banyuurip, yang digelar EMCL kepada delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Gayam, Ngasem, dan Kalitidu Bojonegoro. Kamis (29/08/2019)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bekerjasama dengan Yayasan Sedulur Pena (YSP) pada Kamis (29/8/2019), kembali sosialisasi keamanan dan keselamatan jalur pipa minyak Lapangan Banyuurip, kepada delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Gayam, Ngasem, dan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro mengikuti
ADVERTISEMENT
Acara yang digelar di Hotel Bonero Residence Jalan Raya Bojonegoro-Cepu kilometer 7, di Desa Leran Kecamatan Kalitidu Bojonegoro tersebut di hadiri Forkopimcam Gayam, Ngasem, dan Kalitidu, kepala desa, tokoh masyarakat, dan pemuda dari Desa Tengger, Wadang, Jelu, Leran, Bareng, Jampet, Gayam, dan Sukoharjo, serta dari unsur Pam Obvit Polda Jatim dan Kalakhar.
Sosialisasi keamanan dan keselamatan jalur pipa minyak Lapangan Banyuurip, yang digelar EMCL kepada delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Gayam, Ngasem, dan Kalitidu Bojonegoro. Kamis (29/08/2019)
Perwakilan EMCL, Ichwan Arifin menjelaskan EMCL perlu melakukan sosialisasi fasilitas Migas karena pentingnya aspek keselamatan bagi semua pihak. Jalur pipa tidak ada yang dipasang di permukaan, semuanya sudah ditanam rata-rata 1,5 sampai 2 meter
"Pipa mengandung minyak yang tekanannya cukup tinggi dengan suhu cukup panas. Adanya suhu tinggi, karena perlu dorongan untuk sampai ke Kapal FSO Gagak Rimang," kata Ichwan.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, ada tiga poin yang disampaikan EMCL. Pertama, keselamatan merupakan prinsip EMCL dimanapun beroperasi. Integritas keselamatan inilah yang menjadikan EMCL terus berupaya menjalankan operasi dengan standar keselamatan yang tinggi.
Poin kedua adalah tentang ketahanan energi nasional, di mana kebutuhan energi di Indonesia yang bersumber dari minyak sangatlah tinggi dan Lapangan Banyu Urip turut berperan dalam menyediakan kebutuhan energi negara.
Dari jumlah produksi minyak nasional, setidaknya 25 persen bersumber dari Lapangan Minyak Banyu Urip. Dalam konteks industri Migas, fasilitas Migas di Bojonegoro menjadi objek vital nasional yang dijaga ketat.
Poin ketiga, yaitu sisi pendapatan negara karena baik di struktur APBN dan APBD porsi besar masih bersumber dari sektor Migas. Kalau produksi Migas terganggu, maka akan berdampak pula bagi pendapatan daerah melalui Dana Bagi Hasil (Dbh) Migas.
ADVERTISEMENT
"Saat ini produksi Lapangan Banyu Urip kisaran 220 ribu barel per hari (Bph). Kalau kemudian sehari saja tidak produksi karena ada gangguan pipa bocor, atau lainnya, maka ketahanan energi terganggu dan negara akan kehilangan 220 ribu Bph." kata Ichwan.
Adapun pembagiannya dari pengelolaan minyak tersebut, negara menerima minyak mentah 85 persen, dan KKKS 15 persen yang dibagi EMCL, PEPC, Badan Kerja Sama (BKS) terdiri BUMD Bojonegoro, PT ADS, BUMD Blora, dan BUMD Pemprov Jatim.
"Tiga hal itulah yang kemudian berdampak kalau fasilitas Migas terganggu, baik aktifitas disengaja atau tidak," terangnya.
Ichwan menambahkan, sosialisasi seperti ini sudah dilakukan EMCL di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa baik di Bojonegoro maupun Tuban. Misalnya saat di forum bersama Dinas Pekerjaan Umum maupun Pertanian banyak masukan terkait proyek pemerintah. Jika ada proyek yang bersinggungan jalur pipa, maka komunikasi dan koordinasi harus dilakukan supaya ada arahan dari tim EMCL.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Camat Ngasem, Waji menegaskan migas ini karakternya beresiko tinggi dan modal besar. Jika bisnis ini dilakukan pemerintah pasti akan menghabiskan anggaran, maka pemerintah menunjuk EMCL sebagai pengelola.
Disampaikan jika di daerah Migas sangat rawan konflik. Biasanya karena memiliki SDA dan pendapatan, muncul ide pemekaran. Di Bojonegoro semoga Migas menjadi berkah.
"Fasilitas Migas ini perlu pengamanan meski sudah ditanam. Terjalinnya sinergitas perlu dilakukan antara KKKS dan stakeholder," pintanya.
Di Bojonegoro DBH diberikan kepada desa dengan Perbup. ADD desa yang dilewati fasilitas Migas besarannya berbeda, dibanding desa yang lain. Ada perhitungan ADD di kawasan Migas. Baik desa penghasil, desa dilalui jalur pipa dan desa berbatasan dengan desa penghasil.
ADVERTISEMENT
Diharapkan setelah sosialisasi ini yang ada di tingkat desa baik perangkat dan masyarakat, ikut serta mengamankan dan menyelamatkan fasilitas Migas.
Waji juga berharap, EMCL untuk tetap menjalin komunikasi, dan menjadi perhatian manakala ada keluhan masyarakat. Sekaligus supportnya terhadap kegiatan pembangunan untuk masyarakat.
Apabila ada perhatian semacan itu, maka masyarakat akan merasa ikut memiliki, dan tidak mudah membuat keluhan yang menghambat proses produksi. Begitupula daerah juga telah diuntungkan dengan penerimaan daerah yang cukup besar, meski hanya 6 persen sesuai regulasi.
"Kami mohon kerjasamanya dari EMCL dan sosialisasi ini untuk dilakukan rutin, supaya informasi Migas di Bojonegoro bisa diketahui besama," tutupnya. (red/imm)
Penulis: Imam Nurcahyo
Artikel ini pertama kali terbit di: https://beritabojonegoro.com
ADVERTISEMENT