35 Warga Desa Balongsari, Blora, Terpapar COVID-19, Aparat Lakukan Penyekatan

Konten Media Partner
7 Juni 2021 18:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aparat gabungan dari Kecamatan Banjarejo saat melaksanakan penyekatan bagi warga yang hendak keluar maupun masuk ke Desa Balongsari, Kecamatan Banjarejo, Blora. (foto: priyo/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Aparat gabungan dari Kecamatan Banjarejo saat melaksanakan penyekatan bagi warga yang hendak keluar maupun masuk ke Desa Balongsari, Kecamatan Banjarejo, Blora. (foto: priyo/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Blora - Sebanyak 35 warga Desa Balongsari, Kecamatan Banjarejo, Blora, Jawa Tengah, dinyatakan positif virus Corona (COVID-19).
ADVERTISEMENT
Klaster baru yang muncul di desa tersebut berawal saat pemerintah desa setempat melakukan test swab masal bagi warga masyarakat yang merasakan gejala terpapar COVID-19 dan yang sebelumnya melakukan kontak erat dengan 3 warga yang telah dinyatakan positif COVID-19.
Saat ini, pemerintah desa setempat bersama aparat gabungan dari Kecamatan Banjarejo melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro, salah satunya dengan melakukan penyekatan atau membatasi aktivitas warga yang hendak keluar maupun masuk ke desa tersebut.
Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Balongsari, Kecamatan Banjarejo, Sutikno, Senin (07/06/2021). Menurutnya, pihaknya tidak menduga peristiwa tersebut bakal terjadi di desanya.
Sutikno mengungkapkan bahwa munculnya klaster baru tersebut diduga akibat banyak dijumpai pemudik yang pulang kampung pada lebaran Idul Fitri kemarin dan banyaknya kegiatan hajatan.
ADVERTISEMENT
"Sebanyak 35 orang yang positif dari 50 orang yang menjalani tes swab," ucap Kepala Desa Balongsari, Sutikno Senin (07/06/2021).
Aparat gabungan dari Kecamatan Banjarejo saat melaksanakan penyemprotan disinfektan di Desa Balongsari, Kecamatan Banjarejo, Blora. (foto: priyo/beritabojonegoro)
Dengan banyaknya warga desa setempat yang positif COVID-19, kini masyarakatnya percaya bahwa Corona itu nyata.
"Di tempat kami orang sudah banyak yang menyadari dengan hal itu, artinya bahwa Corona itu ada. Awalnya kayak meragukan adanya Corona," kata dia.
Sutikno menjelaskan banyak awal mula kejadian tersebut karena banyak warga masyarakat yang mengeluh tidak dapat merasakan rasa makanan ataupun mencium aroma apapun. Selanjutnya agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi terkait gejala-gejala Corona tersebut pihaknya kemudian melakukan test swab kepada masyarakat.
"Sebenarnya saya ingin kabar ini tidak menyebar ternyata beritanya jadi heboh seperti ini. Kami telah berkoordinasi dengan puskesmas dan telah memberikan vitamin biar masyarakat yang terpapar tersebut," terangnya.
ADVERTISEMENT
Guna mengatisipasi penularan yang lebih banyak, pihaknya kemudian memberhentikan kegiatan pembelajaran tatap muka di 2 sekolah dasar (SD) yang ada di desanya.
Pihaknya juga bersama aparat gabungan dari Kecamatan Banjarejo juga mulai melaksanakan PPKM Skala Mikro, dengan membatasi aktivitas warga yang hendak keluar maupun masuk ke desa tersebut.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada para kepala desa di sekitarnya agar memberitahu pada warga desa masing-masing untuk tidak menggelar hajatan secara besar-besaran.
"Ambil pengalaman dari tempat saya. Kalau sudah seperti ini pusing semua, mending mencegah dan mengimbau agar tidak terjangkit," kata Sutikno.
Meskipun puluhan warga desanya dinyatakan positif COVID-19, Sutikno mengimbau agar mereka melakukan karantina mandiri, dengan konsekuensi pemerintah desa memberi bantuan sembako dan vitamin, tapi ya pastinya yang namanya menyuruh orang karantina ya tidak semudah itu, karena pengetahuan dan pengalaman orang desa berbeda dengan orang kota.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, pihaknya juga tetap memperbolehkan masyarakat yang dinyatakan positif COVID-19 untuk menjalankan aktivitas mengolah ladang dan sawah.
"Kami selalu mengimbau untuk karantina dengan catatan boleh keluar rumah tapi tidak berbaur dengan orang lain. Misalnya ke luar rumah ya langsung ke sawah, mencari rumput, menggarap sawah, agar mereka tidak jenuh. Ya hanya langkah itu yang bisa kami ambil karena kalau disuruh diam di rumah itu kayaknya susah," tuturnya mengimbuhkan.
Sementara itu untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 pemerintah desa juga melaksanakan penyemprotan di tempat fasilitas umum seperti tempat ibadah, poskamling, kantor kelurahan, warung-warung, serta rumah penduduk, terutama yang keluarganya terpapar COVID-19. (teg/imm)
Reporter: Piryo SPd
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
ADVERTISEMENT
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com