Bupati Dorong Petani Blora Beralih Tanam Padi Organik

Konten Media Partner
31 Juli 2021 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Blora Arief Rohman saat lakukan panen padi organik di sawah milik petadi di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Sabtu (31/07/2021)
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Blora Arief Rohman saat lakukan panen padi organik di sawah milik petadi di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Sabtu (31/07/2021)
ADVERTISEMENT
Blora - Bupati Blora Arief Rohman, mendorong agar petani di Kabupaten Blora beralih dari tanam padi konvensional ke tanam padi organik.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan Bupati Arief Rohman saat melakukan panen padi organik di sawah milik petadi di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Blora. Sabtu (31/07/2021)
Menurut Bupati Arief Rohman, padi organik hasilnya lebih bagus daripada padi konvensional yang menggunakan bahan kimia.
"Kita sangat apresiasi atas upaya para petani mau tanam padi organik. Semoga langkah ini ditiru yang lain dan nanti kita juga ingin merasakan beras sehat. Nanti kita gerakkan untuk bisa dipasarkan lebih jauh lagi, ini hasilnya juga bagus," ucap Arief Rohman. Sabtu (31/07/2021)
Arief menambahkan pengelolaan sawah menggunakan cara organik sangat baik untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada lahan pertanian.
"Kita ingin menyuburkan tanah yang sudah terlalu lama mengonsumsi kimia ini, disehatkan kembali dengan program pertanian organik ini dan ini secara masif kita minta NU menggerakkan se-Kabupaten Blora," kata Arief Rohman.
ADVERTISEMENT
Arief mengaku masyarakat sudah mulai sadar untuk mementingkan pola hidup sehat dengan memproduksi dan mengonsumsi padi organik. Selain itu, petani yang pengelolaan lahannya dilakukan secara organik tidak akan tergantung dengan pupuk kimia yang kadang-kadang harganya mahal bahkan langka.
"Ya kalau dengan menggerakkan organik ini dengan adanya pupuk langka ini bisa teratasi. Jadi petani tidak tergantung pada produk pupuk langka," katanya.
Untuk menggeliatkan potensi pengelolaan lahan secara organik, Arief telah memerintahkan kepada dinas terkait agar melakukan pendampingan ke para petani.
"Tentunya komunitas-komunitas pertanian organik ini akan kita data dan kita kumpulkan untuk dibina. Kalau perlu nanti kita sertifikatkan, biar ke depan orientasinya tidak hanya untuk kebutuhan lokal, tapi untuk pasar-pasar Jakarta bahkan untuk ekspor," kata Arief.
ADVERTISEMENT
Bupati Blora Arief Rohman saat lakukan panen padi organik di sawah milik petadi di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Sabtu (31/07/2021)
Sementara itu, Ketua PCNU Blora, Muhammad Fatah menjelaskan setidaknya sudah ada sekitar 26 hektare lahan sawah di Kabupaten Blora yang tata pengelolaannya dilakukan secara organik.
"Responsnya sangat bagus, kami akan mendorong petani yang lain untuk beralih menanam padi organik," kata Muhammad Fatah.
Bahkan dengan cara organik, hasil panen juga akan melimpah secara bertahap. Nilai jual padi organik juga lebih mahal daripada padi konvensional.
Menurutnya tanam padi organik hasilnya bisa mencapai 8 sampai 9 ton per hektare, jika hal ini terus dilakukan diyakini hasil yang didapat nantinya juga akan lebih banyak lagi.
"Kalau baru pertama menggunakan organik memang hasilnya kurang maksimal, karena ada pola transisi yang dialami oleh tanah atau lahan yang ada, tapi nanti lambat laun hasilnya akan melimpah," ujar Muhammad Fatah.
ADVERTISEMENT
Salah satu petani padi organik, Sukoto mengatakan biaya operasional untuk mengelola lahan secara organik jauh lebih murah, sebab pupuk yang digunakan sangat mudah dicari dan dibuat sendiri dengan menggunakan pupuk kandang, hingga pupuk kompos.
"Beras organik harganya sekitar 12 ribu per kilogram, harganya lebih tinggi daripada padi konvensional. Biasanya yang mempunyai penyakit gula mencarinya beras organik. Nasinya tidak gampang basi dan bisa tahan sampai tiga hari," kata Sukoto.
Sukoto menjelaskan apabila mengelola lahan secara kimiawi, maka tanahnya akan rusak, hasil panennya berkurang, biaya operasionalnya juga tinggi, karena pupuk dan obat kimia semakin langka dan mahal.
"Jadi ini kita buat secara alami, dan hasilnya juga alami. Jika ada kelangkaan pupuk, dengan organik ini kami bisa mengatasinya," kata Sukoto. (teg/imm)
ADVERTISEMENT
Reporter: Priyo SPd
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com