Dampak COVID-19, Pengusaha Angkringan di Bojonegoro Berusaha Bertahan

Konten Media Partner
5 Maret 2021 20:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angkringan milik Wagiman (30) yang berlokasi di Kelurahan Ngroworejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro. (foto: vera/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Angkringan milik Wagiman (30) yang berlokasi di Kelurahan Ngroworejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro. (foto: vera/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Beberapa tahun terakhir, keberadaan angkringan (warung lesehan dengan gerobak yang berjualan makanan dan minuman) mulai marak di Bojonegoro. Biasanya mereka buka sore sampai tengah malam. Namun dengan adanya pandemi COVID-19, omzet para pedagang angkriman menurun drastis.
ADVERTISEMENT
Salah satu angkringan yang masih bertahan adalah milik Wagiman (30) yang berlokasi di Kelurahan Ngroworejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro.
Pemilik usaha angkringan ini mengaku selama pandemi pendapatnya terus menurun. Bahkan bulan Februari 2021 kemarin, pendapatannya malah minus. Kini Lek Wagi, panggilan Wagiman, berupaya tetap bertahan sambl berharap kondisi perekonomian kembali membaik.
Dirinya mengaku pendapatannya jauh menurun dari sebelum adanya pandemi. Sebelum pandemi, dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp 30 juta.
"Aku sampai malas untuk bikin pembukuan. Makanan sering tidak habis, sedangkan kami harus terus belanja bumbu-bumbu setiap hari," kata Wagiman. Kamis (04/02/2021)
Angkringan milik Wagiman (30) yang berlokasi di Kelurahan Ngroworejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro. (foto: vera/beritabojonegoro)
Wagiman juga seorang musisi. Angkringan milik Wagiman ini berdiri sejak Agustus 2019. Saat itu ide bisnis muncul seusai dia tampil bermain main musik di Kabupaten Tuban. Dalam perjalanan pulang tersebut dia melihat sebuah gerobak.
ADVERTISEMENT
"Saat itu aku mikirnya gerobaknya kok bagus ya. Di sekeliling gerobak ada orang-orang sedang makan. Jadilah aku bikin bisnis angkringan," kata Wagiman.
Pemain saxophone ini menuturkan bahwa dirinya mempromosikan angkringan miliknya hanya lewat instagram dan dibantu oleh teman- teman musisi. Saat itu, Wagiman hanya menjual makanan saja. Awalnya omzet yang dia terima setiap hari sekitar Rp 500 ribu. Beberapa bulan berjalan, pendapatannya mulai bertambah.
"Hasilnya lumayan. Beberapa minggu sebelum adanya Corona, omzet bisa mencapai satu juta lebih dalam sehari," kata Wagiman.
Namun semenjak adanya pandemi COVID-19, dan dengan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), angkringannya beberapa kali diobrak (dirazia) oleh aparat lantaran melewati jam malam, sehingga dirinya harus menaati peraturan dan juga menjalankan program kesehatan (prokes).
ADVERTISEMENT
"Sejak ada obrakan itu, pengunjung tambah sepi. Jam delapan itu, orang-orang sudah mulai terbiasa untuk segera pulang," kata Wagiman menambahkan.
Dirinya berharap pandemi COVID-19 ini segera berakhir sehingga kondisi perekonomian dapat kembali pulih seperti semula.
Bila ada pembaca yang ingin menikmati suasana ala Jogja, bisa datang ke angkringan Lek Wagi yang bertempat di Jalan Meliwis Putih nomor 67, Kelurahan Ngroworejo, Kota Bojonegoro. (ver/imm)
Reporter: Vera Astanti
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com