Dampak Pandemi, Perempuan Bojonegoro Ini Produksi Camilan Singkong Krispi

Konten Media Partner
21 Januari 2021 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siti Tarwiin (38), warga Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. produsen camilan singkong krispi, atau lebih dikenal dengan nama 'balung kuwuk'. (foto: vera/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Siti Tarwiin (38), warga Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. produsen camilan singkong krispi, atau lebih dikenal dengan nama 'balung kuwuk'. (foto: vera/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Pandemi COVID-19 berlangsung hampir setahun. Banyak orang yang kehilangan mata pencaharian. Salah satunya Siti Tarwiin (38) warga Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
Awalnya Siti Tarwiin, memasok nasi bungkus di beberapa sekolah. Karena pandemi, sekolah libur sehingga dia tidak mendapatkan penghasilan.
Agar dapur tetap terus mengepul, akhirnya Siti Tarwiin membuat camilan singkong krispi, atau lebih dikenal dengan nama 'balung kuwuk'.
Siti Tarwiin (38), warga Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. produsen camilan singkong krispi, atau lebih dikenal dengan nama 'balung kuwuk'. (foto: vera/beritabojonegoro)
Saat ditanya awal mula dirinya beralih usaha dari pemasok nasi bungkus menjadi produsen singkong krispi, Siti mengaku bahwa awalanya dirinya mengikuti pelatihan dari Dinas Perindustrian dan Tenagakerja (Perinaker) Kabupaten Bojonegoro.
Pada program tersebut, dirinya dilatih membuat makanan ringan berasal dari bahan singkong. Tidak hanya itu, dirinya juga diajari bagaimana mengemas makanan agar memiliki nilai jual yang tinggi.
Akhirnya, Siti Tarwiin membuat camilan singkong krispi, atau yang lebih dikenal dengan nama 'balung kuwuk'.
ADVERTISEMENT
Balung kuwuk bila diartikan secara bahasa, balung artinya tulang, kuwuk adalah sejenis kucing hutan. Namun yang dimaksud dalam hal ini bukanlah tulang kucing, melainkan camilan dari singkong. Dinamakan balung kuwuk karena camilan bertekstur keras seperti tulang.
"Kalau dulu, balung kuwuk itu sangat keras karena irisannya tebal. Kami membuat yang lebih tipis agar mbah-mbah (red, nenek-nenek) bisa mengonsumsinya," kata Siti.
Singkong yang dipilih Siti juga singkong dengan kualitas terbaik. Kualitasnya bisa dilihat saat dikupas. Kalau kulitnya mudah mengelupas, maka bisa dipastikan singkong tersebut bagus.
Berdasarkan pengalaman Siti, kualitas tanah juga mempengaruhi kualitas singkong. Singkong yang ditanam di area persawahan biasanya lebih bagus. Hal ini terlihat ketika dia menggorengnya. Singkong dengan kualitas kurang bagus saat digoreng akan mudah gosong.
ADVERTISEMENT
Untuk menyiasati pemilihan singkong yang bagus, Siti hanya membeli satu kilogram singkong. Apabila singkong tersebut bagus, maka akan dilanjutkan pembelian dengan jumlah banyak. Bila kualitasnya kurang bagus, singkong tersebut akan diolah untuk dikonsumsi sendiri.
Cara membuat balung kuwuk pertama-tama singkong dikupas dan dicuci bersih. Dikukus sekitar 20 menit. Kemudian diiris tipis-tipis baru digoreng.
"Untuk menjaga kualitas yang baik, kami menggunakan minyak kemasan dengan hanya dua kali penggorengan," tutur Siti.
Hal ini dimaksudkan agar balung kuwuk yang dihasilkan warnanya cantik dan saat dimakan tidak menimbulkan rasa serik ditenggorokkan.
"Kami berharap para konsumen senang dengan produk kami. Maka dari itu kami berusaha untuk selalu menjaga kualitasnya," kata Siti.
ADVERTISEMENT
Siti menjual balung kuwuk ini dengan harga Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu. Dia juga menerima pesanan kiloan dengan harga yang terjangkau.
Selama berjualan balung kuwuk ini, Siti memiliki pengalaman menarik. Dia pernah menerima pesanan dengan jumlah besar dari temannya yang kerja di Kalimantan.
"Ada seorang teman pernah membeli banyak produk dari kami untuk merayakan ulang tahun istrinya. Kemudian dia meminta untuk membaginya ke seluruh teman sekelas," kata Siti.
Bila ada pembaca yang berniat memesan balung kuwuk, bisa menghubungi nomor +62 813-3018-0057. (ver/imm)
Reporter: Vera Astanti
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com