Hingga Oktober, Kasus DBD di Bojonegoro Capai 71 Orang, 1 Orang Meninggal

Konten Media Partner
5 November 2020 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah Prajanti, di kantornya Kamis (05/11/2020)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah Prajanti, di kantornya Kamis (05/11/2020)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro menyebutkan bahwa hingga akhir Oktober 2020, di Kabupaten Bojonegoro terdapat 71 kasus demam berdarah dengoe (DBD), dan 1 di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus tersebut relatif menurun jika dibandingkan dengan kasus tahun 2019, di mana sepanjang 2019 jumlah kasus demam berdarah di Kabupaten Bojonegoro sebanyak 416 kasus dengan jumlah korban meninggal sebanyak 7 orang, sisanya 409 penderita dinyatakan sembuh.
"Sampai saat ini ada 71 kasus demam berdarah terlapor, dengan 1 kasus meninggal. Tapi memang ini masih belum bisa kita simpulkan apakah ini memang mengalami penurunan kasus atau kenaikan kasus, dibanding tahun lalu, karena memang saat ini kita mengalami masa pandemi." kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah Prajanti, di kantornya Kamis (05/11/2020).
Adapun rinciannya, pada bulan Januari 2020 sebanyak 36 kasus dengan 1 kasus kematian dari Kecamatan Kedewan. Bulan Februari 2020 sebanyak 16 kasus dan tidak kasus kematian. Bulan Maret 2020 sebanyak 8 kasus dan tidak ada kasus kematian. Bulan April 2020 sebanyak 2 kasus dan tidak ada kasus kematian. Bulan Mei dan Juni 2020, Nihil.
ADVERTISEMENT
Kemudian bulan Juli 2020 ada 2 kasus dan tidak ada kasus kematian. Bulan Agustus 2020 ada 1 kasus dan tidak ada kasus kematian. Bulan September 2020 ada 4 kasus dan tidak ada kasus kematian. Bulan Oktober 2020 ada 2 kasus dan tidak ada kasus kematian.
"Tapi kita tetap waspada karena memang ini sudah masuk musim penghujan." kata dr Whenny Dyah Prajanti.
Dokter Whenny menuturkan bahwa sebagai upaya memberantas sarang nyamuk aedes aegypti, Dinas Kesehatan melalui puskesmas dan kader desa terus menyosialisasikan gerakan 3 M, yakni menutup, mengubur, dan menguras air di bak mandi secara teratur.
"Menutup semua barang yang berpotensi menimbulkan genangan, mengubur sampah non organik dan secara rutin menguras air di bak mandi. Apalagi ini musim penghujan, jadi sangat besar risikonya jika kita lengah, akan banyak sekali sarang nyamuk yang bisa menimbulkan penularan DBD," dr Whenny.
ADVERTISEMENT
Dokter Whenny juga mengungkapkan bahwa di Indonesia ini tidak hanya Covid-19 yang dihadapi, akan tetapi banyak penyakit menular lainya yang perlu perhatian oelh seluruh warga masyarakat, salah satunya adalah DBD.
Menurutnya, cara paling efektif lainya untuk mengendalikan serangan nyamuk aedes aegypti adalah dengan gerakan satu rumah satu jemantik. Untuk itu pihaknya juga mengaharapkan kepada masyarakat agar mandiri dengan melakukan gerakan satu rumah satu jemantik ini.
Gerakan jumantik tersebut diharapkan warga masyarakat setiap satu minggu sekali melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dan memastikan di lingkungan rumahnya tidak ada sarang nyamuk.
"Jadi kami berharap semua warga masyarakat bisa mandiri ikut serta terlibat dalam upaya pencegahan DBD, dengan cara menjadi jumantik di lingkungan rumahnya sendiri-sendiri. Kita terus mengingatkan baik melalui puskesmas, pemerintah kecamatan, dan semua kepala desa. Kita ingin menggerakkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik," kata dr Whenny Dyah Prajanti. (dan/imm)
ADVERTISEMENT
Reporter: Dan Kuswan SPd
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com