Ibu Rumah Tangga di Bojonegoro ini Olah Umbi Jadi Makanan Modern

Konten Media Partner
21 Januari 2021 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yeni (38), ibu rumah tangga asal Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, produsen emping singkong dan garut.
zoom-in-whitePerbesar
Yeni (38), ibu rumah tangga asal Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, produsen emping singkong dan garut.
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Bagi warga Kecamatan Ngasem kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya, nama 'enderese' tidaklah asing di telinga. Enderese merupakan makanan ringan sejenis emping yang terbuat dari singkong. Di tempat lain, makanan tersebut lebih dikenal dengan 'sadariyah' atau emping singkong.
ADVERTISEMENT
Nama Enderese kini dipatenkan pada merk emping singkong milik Yeni (38), seorang ibu rumah tangga asal Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro.
Usaha produksi camilan milik Yeni mengangkat dua bahan umbi, yaitu singkong dan garut. Kedua umbi ini diolah menjadi beberapa jenis makanan modern, seperti keripik atau emping dan rengginang.
"Saya memang berniat mengangkat garut. Sebab tidak semua orang tahu kalau garut bisa dimakan," kata Yeni.
Yeni menambahkan, garut merupakan tumbuhan liar. Habitatnya bisa ada di kebun atau tegalan. Warga di desanya kebanyakan hanya mengolah garut dengan direbus saja. Namun di tangan Yeni, garut diolah menjadi makanan yang renyah berupa emping atau rengginang.
"Gerut itu memiliki serat yang banyak. Untuk mengakalinya, kami mengolahnya menjadi emping dan rengginang." katanya mengimbuhkan
ADVERTISEMENT
Yeni mengungkapkan bahwa tumbuhan garut tidak selalu ada di sepanjang musim. Sehingga produksi emping garut tidak bisa setiap saat. Berbeda dengan singkong yang selalu ada sepanjang tahun. Menurut Yeni, singkong adalah umbi yang bisa digunakan segala macam olahan, baik makanan basah maupun kering.
"Selain itu singkong juga harganya murah dan mudah dijumpai di manapun," tutur Yeni.
Yeni (38), ibu rumah tangga asal Desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, produsen emping singkong dan garut.
Awal mula Yeni memproduksi emping singkong bermula saat hasil panen singkong di desanya melimpah. Saat itu, Yeni mengamati bahwa para petani di desa sekitarnya hanya mengolah singkong menjadi tepung gaplek yang harganya relatif murah. Dari sanalah dia mencari cara bagaimana agar nilai jual singkong menjadi lebih tinggi, yaitu dengan cara menajdikan makakan olahan.
ADVERTISEMENT
Mulanya dia membuat emping singkong alias enderese dengan harga seribuan. Dia jual ke warung-warung tetangga dengan kemasan plastik biasa. Kemudian ada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang sedang melakukan KKN di desanya. Mereka yang mengajari bagaimana mengemas produk agar nilai jualnya lebih mahal. Mereka juga memberikan pelatihan membuat design stiker, dan ijin usaha.
"Mereka juga menyarankan saya untuk gabung di komunitas UMKM. Dari komunitas itu, saya mematenkan merk Enderese," ujar Yeni.
Yeni menambahkan agar usahanya memiliki produk yang unik, dia membuat rengginang dari singkong dan garut dengan beraneka rasa.
Sementara, untuk promosi dirinya juga memanfaatkan media sosial Instagram (IG) @yeni_enderese. Sedangkan untuk pemesanan dapat melalui nomor telepon +62 856-5511-7374.
ADVERTISEMENT
Kini, kerja kerasnya berbuah manis. Yeni mendapatkan apreasiasi dari Kopernik berupa sertifikat Ibu Inspirasi Mandiri dalam program Ibu Inspirasi Indonesia 2020 lalu.
Enderese saat ini sudah masuk di beberapa outlet dan juga beberapa toko swalayan di Kota Bojonegoro. Omset yang diterima Yeni sebelum pandemi bisa mencapai sepuluh juta per bulan. Namun karena dampak pandemi COVID-19, omsetnya turun hingga 50 persen.
"Kalau dulu, banyak yang pesan untuk oleh-oleh dan juga cemilan. Sekarang hanya untuk konsumsi di rumah," kata Yeni.
Dalam memproduksi enderese, Yeni langsung membuat dalam skala besar. Ia memproduksi seminggu sekali. "Jadi kami tidak produksi setiap hari," tutur Yeni.
Ketika dirinya kewalahan membuat enderese, dia meminta para tetangganya untuk turut membuat enderese, kemudian hasil produksinya dia beli. Yeni sendiri memiliki tiga karyawan tetap, namun selama pandemi ini, dalam sebulan Yeni hanya memproduksi dua kali saja.
ADVERTISEMENT
"Sekarang produksi setiap dua minggu sekali," kata Yeni. (ver/imm)
Reporter: Vera Astanti
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com